SOLOPOS.COM - Gunung Merapi (Gigih M. Hanafi/JIBI/Harian Jogja)

Ekosistem hutan Gunung Merapi yang rusak saat erupsi Merapi 2010, kini dianggap sudah pulih

Harianjogja.com, SLEMAN- Ekosistem hutan di Taman Nasional Gunung Merapi di Kabupaten Sleman dan Jawa Tengah telah pulih total usai terkena dampak awan panas erupsi 2010.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

“Bahkan dalam konteks biologi sebagai daerah tangkapan air, kini hutan di lereng Merapi bisa lebih baik dibandingkan saat sebelum terkena awan panas,” kata Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan TNGM Dhani Suryawan, di Sleman, Jumat (19/6/2015).

Ia mengatakan saat ini sudah masuk tahun kelima sejak terjadinya erupsi 2010.

Dalam pengembalian ekosistem yang terdampak, pihaknya telah memulai saat awal 2011, ketika status aktivitas Gunung Merapi sudah diturunkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

“Setelah statusnya dinyatakan aman, langsung memulai untuk pemulihan ekosistem. Mulai dari survei, inventarisasi, kemudian identifikasi kerusakan,” katanya.

Ia mengatakan identifikasi yang dilakukan tersebut menghasilkan data dari 6.410 hektare luasan keseluruhan TNGM, sekitar tiga ribu hektare yang terdampak. Angka itu masih digolongkan dengan kerusakan berat, sedang, serta ringan.

“Ada yang mayoritas masih utuh juga. Untuk luasan yang rusak berat, sedang, dan ringan hampir seimbang,” katanya.

Dalam pemulihan ekosistem Merapi, pihaknya memakai strategi, dimana untuk yang mengalami rusak berat, harus memakai campur tangan manusia, sedangkan yang ringan dibiarkan pulih alami.

“Yang rusak berat pun sebenarnya bisa pulih sendiri. Cuma ada masalah aspek sosialnya yang menyangkut ekonomi masyarakat sekitar. Mereka tidak bisa menunggu lama, terutama dalam kebutuhan airnya,” katanya.

Ia mengatakan secara hidrologi lereng Merapi merupakan daerah tangkapan air. Hutan atau pepohonan yang habis, harus segera dikembalikan agar bisa menyimpan cadangan air.

“Setiap tahun kami menanam pohon, terutama di daerah yang rusak berat dengan pola kerja sama dengan masyarakat. Saat ini ekosistem tersebut sudah berangsur membaik. Secara kesuluruhan, hampir 100 persen hutan di TNGM pulih,” katanya.

Bahkan, saat ini ekosistem di TNGM lebih baik dibandingkan dengan sebelum erupsi 2010 itu, yang merupakan letusan terbesar sejak 130 tahun terakhir.

“Salah satu hikmahnya dari erupsi kemarin adalah momentum agar ekosistem bisa lebih baik lagi. Dalam konteks biologi di daerah yang merupakan kawasan tangkapan air lebih baik berisikan pohon yang bermacam jenisnya. Sebelum 2010, hutan mayoritas hanya berisikan satu jenis pohon saja, yaitu pinus. Jadi sekarang kita isi berbagai macam jenis, dan ini sangat bagus untuk menjamin kelangsungan air,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya