SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/wordpress.com)

Ekonomi Solo, jumlah usaha di Solo naik 10,09%.

Solopos.com, SOLO–Jumlah usaha di Solo tercatat naik 10,09% atau menjadi 82.377 usaha jika dibandingkan dengan data sensus ekonomi pada 2006. Namun penambahan jumlah usaha ini dinilai sebagian besar merupakan usaha kecil dan menengah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Penambahan tersebut merupakan gabungan dari usaha mikro, kecil, menengah, dan besar. Jumlah tersebut menunjukkan adanya geliat usaha di Kota Bengawan,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, R. Bagus Rahmat Susanto, kepada Solopos.com, Rabu (24/8/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Namun diakuinya, hingga saat ini data tersebut masih diolah di BPS Jateng, terutama mengenai omzet dan jumlah tenaga kerja yang diserap. Oleh karena itu, sumbangan industri pengolahan dan perdagangan ini belum bisa dilihat kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi Solo.

Pengamat Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS), Lukman Hakim, mengungkapkan kenaikan jumlah usaha yang ada di Kota Solo ini merupakan suatu hal yang positif. Pasalnya saat ini ekonomi sedang lesu, bahkan di beberapa wilayah ada yang mengalami pengurangan jumlah usaha karena bangkrut atau pindah dengan biaya produksi yang lebih rendah.

“Namun saya perkirakan, penambahan jumlah pelaku usaha di Solo ini disumbang oleh usaha menengah, khususnya kuliner. Kalau untuk industri besar tidak banyak mengalami perubahan karena dari sisi lahan, Solo semakin sempit,” ujar Lukman secara terpisah.

Menurut dia, setelah Joko Widodo (Jokowi) menjadi Presiden, banyak wisatawan yang datang ke Solo sehingga usaha kuliner tumbuh subur. Apalagi Solo selama ini memang terkenal dengan kuliner. Selain itu, berbagai kemudahan yang diberikan oleh pemerintah untuk pembiayaan usaha kecil dan menegah (UKM) melalui kredit usaha rakyat (KUR) juga menjadi salah satu munculnya usaha baru. Namun dia mengungkapkan usaha di bidang kuliner ini cepat mengalami surut apabila peminat muai turun.

Lebih lanjut, dia menyampaikan dari sektor perdagangan Solo sempat terguncang dengan terbakarnya Pasar Klewer sehingga penjualan konveksi turun. Meski begitu, sektor perdagangn dan jasa ini bisa menyumbang sekitar 40% untuk pertumbuhan ekonomi Solo. Dia mengatakan industri besar hanya disumbang dari perhotelan tapi pertumbuhan tidak terlalu signifikan.

“Pertumbuhan ekonomi di Solo lebih banyak memang disumbang oleh sektor usaha menengah. Pertumbuhan ekonomi nasional turun, tapi Solo cenderung stabil di kisaran 5%. Hal ini karena tidak ada diversifikasi usaha untuk menunjang pertumbuhan ekonomi,” terangnya

Kepala Bank Indonesia (BI) Solo, Bandoe Widiarto, mengungkapkan sektor pedagangan, hotel, dan restoran (PHR) terus mengalami penguatan beberapa waktu terakhir, tidak hanya di Solo tapi Soloraya. Hal ini terlihat dari tiga sektor penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di Solo dari tertinggi biasanya industri pengolahan, pertanian kemudian PHR. Namun tahun ini, sektor PHR menempati posisi kedua dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya