SOLOPOS.COM - ilustrasi produksi alat kampanye (Solopos/dok)

Ekonomi Ponorogo, sejumlah pengusaha kaus sablon kesulitan modal dan pemasaran.

Madiunpos.com, PONOROGO — Sejumlah pengusaha kaus sablon di Ponorogo mengaku kesulitan modal dan pemasaran dalam mengembangkan usaha mereka. Untuk itu, mereka belum berani memproduksi kaus sablon secara massal.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Komunitas Sablon Ponorogo, Aslan Chumaidi, mengatakan selama ini pengusaha sablon yang bergabung dalam Komunitas Sablon Ponorogo hanya memproduksi kaus secara terbatas dan berdasarkan pesanan. Sehingga produksi mereka masih di level kecil hingga menengah.

Aslan menyampaikan sebagian pengusaha tidak berani memproduksi secara massal karena kesulitan modal untuk biaya produksi. Selain itu, pengusaha juga kesulitan dalam pemasaran dan kesiapan sumber daya manusia.

Dia menuturkan selama ini pengusaha sablon hanya memproduksi kaus sesuai pesanan. Biasanya yang memesan kaus dari komunitas dan perusahaan swasta.

“Kami jarang memproduksi kaus sablon untuk dijual di tempat pariwisata. Namun, ketika ada pengusaha yang ingin membuat kaus untuk dijual di tempat wisata, biasanya kami melayani,” ujar dia kepada Madiunpos.com, Minggu (22/5/2016).

Menurut dia, saat menerima tawaran produksi kaus secara massal, biasanya pemesan hanya memberi uang muka 50% dari nilai total. Hal itu tentu membuat pengusaha menjadi keberatan karena harus mencari modal cukup banyak.

“Rata-rata produksi di pengusaha sablon yang tergabung di Komunitas Sablon Ponorogo sekitar seratusan kaus per bulan. Mereka juga belum berani ambil uang di bank,” jelas dia.

Pengusaha sablon lain, Samsul, mengatakan sejauh ini hanya memproduksi kaus dengan skala kecil dan mengandalkan pesanan. Namun, dia mengakui sesekali membuat kaus dengan tema wisata yang dijual di tempat-tempat wisata.

Dia mengatakan memiliki lima orang pekerja yang membantu untuk memproduksi kaus sablon.

“Saya masih industri rumahan, belum berani ambil partai besar. Rata-rata omzet per bulan mencapai Rp20 juta,” ujar dia.

Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni, mengatakan sebenarnya pengusaha sablon memiliki peluang untuk mengembangkan usahanya di bidang kaus bertema wisata.

Dia berharap produksi kaus di Kota Reog tidak lagi mengandalkan produsen dari luar daerah seperti Solo dan Yogyakarta.

“Saya tadi lihat ada beberapa komunitas yang menjual kaus, itu bahannya juga bagus dan harganya miring. Seharusnya itu bisa dikembangkan, supaya tidak hanya memesan dari Solo dan Yogyakarta. Apalagi di Ponorogo kan banyak tempat wisata,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya