SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ingatan kita pasti belum lupa akan bencana gempabumi tektonik yang melanda kawasan DI Yogyakarta dan sekitarnya sekitar Mei 2006 lalu. Gempabumi yang menelan korban hinga 5.000 orang itu telah melululuhlantakkan bumi mataram, dan melumpuhkan perekonomian kawasan ini untuk beberapa saat.

Bahkan hingga lebih dari tiga tahun berlalu, hingga kini masih banyak pengusaha yang masih juga terpuruk sebagai imbas dari bencana gempa tersebut. Perekonomian DIY yang banyak dimotori oleh industri skala UMKM, hampir-hampir mati suri kala itu. Banyak eksportir yang gulung tikar, pelaku UMKM yang mengalami kesulitan dalam cashfl ow keuangannya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dampaknya adalah terjadinya kredit macet dalam skala mega di kawasan ini. Ujung-ujungnya, BI memberikan program restrukturisasi kredit bagi UMKM DIY. Intinya, pengaruh bencana gempa, ternyata sangat besar terhadap perekonomian daerah yang terlanda gempa.

Setali tiga uang dengan bencana gempabumi yang baru saja melanda kawasan Padang, Sumatra Barat, ternyata telah meluluhlantakkan bangunan infrastruktur di kawasan ini, seperti jalan raya, kelistrikan, telekomunikasi, serta prasarana pendukung bisnis lainnya.

Tak ayal, berbagai komoditas pertanian andalan Sumbar seperti karet, crude palm oil (CPO), komoditas pertambangan seperti batu bara, serta komoditas lainnya, menjadi terhambat perdagangannya.

Padahal, Sumbar adalah salah satu basis produksi komoditas berorientasi ekspor seperti CPO, dan karet serta pabrik semen Padang. Revitalisasi Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Menko Perekonomian, Sri Mulyani Indrawati, Sumbar termasuk area yang difokuskan untuk merevitalisasi pertumbuhan perekonomian, khususnya sejumlah daerah yang menjadi basis produksi
CPO. Padahal, gempa Padang ternyata telah merusak sejumlah bangunan, jalan, serta sarana telekomunikasi, sehingga pendistribusian komoditas strategis tersebut dikhawatirkan
terganggu. Oleh sebab itu pemulihan infrastruktur dan transportasi menjadi hal penting dan fokus bagi pihakpihak yang berkenpentingan.

Dampak dari gempa ini sudah mulai dapat dirasakan oleh kalangan dunia usaha. Beberapa pengusaha CPO mengalami gangguan dalam pengiriman komoditas CPO karena jalan dari Agam, Pariaman menuju pelabuhan Teluk Bayur mengalami kerusakan (retak-retak) berat.

Kerusakan jalan ini mengakibatkan tertundanya pengiriman CPO ke sejumlah pembeli di luar negeri selama dua pekan ke depan. Begitu pula dengan pabrik Semen Padang berencana tidak akan beroperasi selama 10 hari ke depan, terkait dengan terputusnya aliran listrik dari PLN serta evaluasi perusahaan terhadap alat produksi.

Industri perhotelan juga dirundung duka. Sedikitnya lima hotel di Padang rusak parah akibat gempa. Hotel itu adalah Bumi Minang, Ambacang, Mariyani, Ina Muara dan hotel Dipo. Selain bangunan yang rusah parah, banyak diantara karyawannya yang meninggal.

Akhirnya, hotel itu mengalami kekurangan karyawan dan mengalami gangguan operasional. Nah, kalau para pelaku usaha yang mengalami stagnasi usaha pascagempa ini ternyata memiliki kewajiban untuk membayar kredit ke bank, maka bisa dipastikan akan mengalami kendala. Tak ayal, angka kredit bermasalah (NPL) akan meningkat di ranah minang ini.

Belum lagi bicara mengenai usaha skala kecil, mikro dan menengah, yang juga mengalami gangguan pascaterjadinya bencana gempa. Hampir bisa dipastikan mereka akan mengalami gangguan cashfl ow akibat mandeknya roda bisnis mereka. Hasil akhirnya bisa ditebak, akan terjadi stagnasi bisnis dalam skala tertentu, yang dampaknya bisa mengganggu perekonomian lokal bahkan nasional.

Oleh sebab itu, berbagai terobosan cerdas perlu dilakukan, untuk mempercepat proses recovery ekonomi-bisnis yang menyertai kawasan ini. Para stakeholder (pihak yang berkepentingan) bisa duduk bersama-sama merumuskan berbagai langkah nyata pemulihan ekonomi di Sumbar.

Bank Indonesia (BI) misalnya, yang membawahi perbankan di kawasan ini bisa  mem berikan kelonggaranpem bayaran kredit bagi debitur- debitur korban gempa dalam bentuk restrukturisasi kredit.

Langkah ini memang rumit dan memerlukaan pendataan yang tidak simpel. Namun, kebijakan ini akan meringankan likuiditas keuangan para debitur, yang selama ini memang memiliki track record pembayaran kredit yang baik. Bagi debitur yang memang nakal atau kurang baik, tidak perlu diberikan keringanan pembayaran.

Jadi pemberian perlakukan khusus ini hanya ditujukan untuk debitur-debitur yang berkualitas baik dan selektif. Tak hanya itu, untuk lebih mempercepat recovery ekonomi, pemerintah melalui Kementrian Negara UKM dan Koperasi (bersama Bappenas) bisa memberikan bantuan dana dalam bentuk kredit lunak bagi para debitur yang masih memiliki prospek
usaha yang baik dan memiliki komitmen dengan buyer (pembeli), terlebih yang berorientasi ekspor. Kepada mereka perlu diberi bantuan dana lunak untuk sementara waktu, sehingga proses bisnisnya tetap bisa lancar, terutama untuk memenuhi berbagai pesanan yang sudah terlanjur disepakati.

Tentunya hal ini bisa dibuktikan dengan SPK atau surat perintah kerja lainya. Terakhir yang sangat penting adalah, kita semua hendaknya bisa saling membantu meringankan beban yang saat ini tengah melanda saudara kita di Sumbar. Sudah saatnya segenap kekuatan masyarakat dikerahkan untuk membantu, baik mril maupun material. Berbagai dompet kepedulian, sudah dibuka melalui media massa. Bisa dipastikan bantuan ini akan sampai di tangan masyarakat yang membutuhkan.

Dengan saling membantu, maka beban yang harus ditanggung oleh saudara kita yang terkena bencana gempa akan semakin ringan. Sekaranglah saatnya bertindak. Masyarakat Jogja, yang
sudah mengalami hal serupa, tentunya akan lebih peka menghadapi derita sesama yang membutuhkan…

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya