SOLOPOS.COM - Sobfan Srewi Handoko dan Lucky Handayaningsih menunjukkan beberapa sarung tangan produksinya yang diberi label Good.Condition, Jumat (25/8/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Ekonomi kreatif berupa pembuatan sarung tangan kulit

Harianjogja.com, JOGJA — Ketidakpuasan menggunakan produk sarung tangan kulit yang pernah dialami Sobfan justru berujung manis. Pengalaman itu malah menjadi batu loncatan ia dan istri untuk menjadi pengusaha sarung tangan kulit berkualitas di Jogja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pria bernama Sobfan Srewi Handoko, 27, ini memang sudah lama menyukai sarung tangan kulit lantaran ia adalah penyuka motor Vespa yang kemana-mana menggunakan sarung tangan untuk melindungi tangannya dari panas dan hawa dingin. Sebelumnya ia membeli sarung tangan kulit dari salah satu toko tetapi uang yang ia keluarkan tidak sesuai dengan produk yang diperolehnya.

“Harga tinggi tetapi barang enggak bagus,” celoteh istrinya, Lucky Handayaningsih, 24, saat berbincang di rumahnya Dusun Karangasem, Condongatur, Depok, Sleman, Jumat (25/8/2017).

Berangkat dari situlah, awal tahun 2016 lalu, mereka yang saat itu masih berstatus pacaran memutuskan untuk membuat sarung tangan sendiri dengan bantuan penjahit dari Garut, Jawa Barat. Awalnya, Sobfan hanya memesan satu pasang untuk dirinya sendiri dan iseng-iseng dipotret untuk diunggah ke media sosial. Namun ternyata sarung tangan itu justru ditawar orang dan laku. Begitu seterusnya hal itu terjadi sampai penjahitnya tak mampu memenuhi pesanan Sobfan yang masuk dalam jumlah banyak.

“Akhrirnya kami cari penjahit yang di daerah sini [DIY] lalu ketemu sama penjahit di Kalasan yang bisa ngontrol juga setiap harinya. Ada tiga penjahit dan satu orang khusus yang motong,” kata perempuan yang akrab disapa Ucky ini.

Pasangan yang baru menikah setahun lalu ini pun menekuni bisnis itu sebagai sumber penghasilan mereka. Ucky beratar belakang pendidikan akuntansi dan Sobfan dari manajemen. Keduanya saling berkolaborasi untuk memasarkan produk tersebut.

Sobfan mengatakan, ia tidak ingin menjual produk asal-asalan. Sarung tangan kulit yang dijual harus berkualitas agar tidak mengecewakan konsumen dan harganya juga sesuai dengan kualitas barangnya. Ia pun sengaja memilih kulit kambing muda sebagai bahan utama karena lebih lentur. Berbeda dengan kulit kambing tua yang cenderung kaku.

Sampai saat ini, sudah ada delapan model kaus tangan yang sudah mereka produksi, yaitu arion, balazs, camaro, dominic, emerald, fedora, gipsy, dan black mamba. Model black mamba menggunakan tambahan spon, emblem pada telapak, dan kombinasi kain scuba sehingga membuat sarung tangan tetap lembut saat digunakan. Model ini disebutnya sebagai model limited edition dan dijual Rp325.000.

Sarung tangan yang diberi label Good. Condition ini dapat digunakan untuk kaum pria maupun wanita. Harganya pun bervariasi mulai Rp230.000-Rp325.000 tergantung desain, jumlah pemakaian bahan, dan variasi yang diterapkan. Ukuran yang disedikan mulai dari XS-XXL sehingga memberikan banyak pilihan bagi customer.

Dalam sebulan, mereka bisa memproduksi sampai 500 pasang sarung tangan dan dipasarkan ke seluruh Indonesia dan beberapa negara seperti Kanada, Malaysia, dan Singapura. Sobfan mengatakan, prospek bisnis sarung tangan kulit di Jogja cukup menjanjikan. Selain belum banyak kompetitor yang bermain, juga karena pecinta motor lawasan maupun motor gede (moge) yang semakin bermunculan. Mereka tidak hanya tampil dengan helm dan jaket tetapi juga sarung tangan. Selain sarung tangan, Sobfan dan Ucky juga memproduksi gantungan kunci, sabuk, dan dompet dari kulit sapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya