SOLOPOS.COM - Pemilik Jogja Kreasi, Dewi Nur Islamiyati, menunjukkan undangan yang terbuat dari daun kakao, Jumat (29/7/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Ekonomi kreatif dengan memanfaatkan limbah yang ada di sekitar.

Harianjogja.com, JOGJA — Melihat sampah daun kakao dan daun kakao segar yang hanya untuk pakan ternak, muncul ide dari seorang perempuan muda bernama Dewi Nur Islamiyati, 30, untuk mengkreasikannya menjadi kardus atau box undangan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Perempuan ini sudah sejak 2010 membuka usaha pembuatan undangan tetapi ia hanya melayani undangan dari kertas kado, kertas kraft, dan juga kertas wangi. Mulai pertengahan 2011, ide membuat undangan dari daun kakao muncul. Ia pun mengerahkan salah satu masyarakat di Gunungkidul untuk mengumpulkan daun kakao dan dijual kepadanya. Harga satu karung mencapai Rp50.000.

Daun kakao ini dipilih karena memiliki ukuran yang lebar. “Ukurannya sekitar 60x30cm jadi kan lebar. Kalau mau dibuat undangan tetap terlihat rapi kalau mau dipotong-potong,” kata pemilik usaha Jogja Kreasi di Jl. Sidikan No.66 Sorosutan Umbulharjo Jogja ini, Jumat (29/7/2016) pagi.

Daun yang dipilih berwarna hijau dan masih muda. Daun kakao dipilih karena lebih mudah menyerap warna dibandingkan daun jati. Untuk tahap awal, daun kakao yang sudah dikumpulkan harus dicuci bersih kemudian masuk proses pewarnaan dengan dicelupkan dalam larutan pewarna yang mendidih. Setelah itu, daun kakao dikeringkan secukupnya agar daun tidak terlalu kering karena jika terlalu kering mudah pecah saat dilekuk-lekukkan. “Setelah itu baru dijiplak sesuai polanya,” imbuh ibu dua anak ini.

Dewi menyadari, proses pembuatan undangan daun kakao selalu menghasilkan limbah cair hasil pewarnaan. Tidak ingin mencemari lingkungan di daerahnya yang sudah padat penduduk, khusus pembuatan undangan daun kakao ini pun dikerjakan di rumah produksi yang terletak di Patalan, Bantul.

Box undangan tidak hanya berbentuk persegi panjang tetapi juga tabung dan segitiga. Dewi juga mengkreasikan dalam bentuk lain seperti bentuk dompet. “Sementara baru bisa untuk box-nya belum untuk kertas tulisan undangannya. Kalau kertas undangannya kadang masih pakai kertas samson yang harganya lebih murah,” tuturnya.

Menurutnya keuntungan dari penjualan undangan daun kakao ini lebih menghasilkan karena bahan baku diperoleh dari alam yang harganya murah, meski prosesnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk membuat 400 box undangan, setidaknya hanya dibutuhkan dua karung daun kakao.

Undangan dari daun kakao ini dijual mulai Rp3.000-Rp7.500 per biji. Penjualannya didominasi melalui online dan tersebar sampai Kalimantan. Peminat undangan daun kakao datang dari customer yang menyukai barang-barang etnik, pasalnya warna yang dihasilkan kecenderungan warna tua seperti cokelat tua, hitam, orange tua, biru tua, ungu tua, dan merah maroon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya