SOLOPOS.COM - Owner Wellflair, Hafidh Rifky Adiyatna menunjukkan salah satu produk tas Wellflair di salah satu outletnya di Jalan Cendrawasih, Demangan, Jumat (4/8/2017). ( Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Ekonomi kreatif berikut menggunakan modal yang minim
Harianjogja.com, JOGJA — Berawal dari usaha bimbingan belajar, Hafidh Rifky Adiyatna, 25, ingin membuka lini bisnis baru dengan membidik segmen pasar pelajar Jogja. Tas dinilai menjadi produk yang masih potensial, kendati produk ini juga ramai pesaing.

Menggabungkan dua kata, yakni well dari bahasa Inggris dan flair dari bahasa Sansekerta yang berarti semangat, Hafidh menyematkan idealisme sederhana pada tas buatannya yang dilabeli dengan nama Wellflair. Usaha ini dirintisnya tahun 2015 lalu, dimulai dengan menerima pesanan tas kustom yang ditawarkan secara online maupun offline.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Modal saat itu kurang lebih hanya Rp1 juta. Asumsinya cukup untuk belanja bahan. Biaya lainnya diambil dari DP [uang muka] para pemesan,” ujar Hafidh saat ditemui di salah satu outlet Wellflair di Jalan Cendrawasih, Demangan, Jumat (4/8/2017).

Menurut Hafidh, selama ini model tas sekolah cenderung monoton. Desain tas ini lebih menonjolkan volume dan banyaknya sablon, ketimbang pemanfaatan tas itu sendiri.

Bahkan, berdasarkan pengalamannya, banyak pelajar yang menggunakan tas dengan ukuran yang terlalu besar sehingga tidak nyaman dikenakan. Ide yang ingin disampaikan melalui produk Wellflair ini, adalah produk yang simple tetapi tetap nyaman saat dipakai.

“Idealisme saat ingin bikin produk ini adalah bagaimana membuat produk yang simpel, dilihat itu tetap nyaman dipakai dan paling penting kuat dan awet,” jelas Hafidh.

Namun, setelah bertahan dengan bisnis kustom tas, Hafidh akhirnya fokus untuk menggarap produk dengan desain sendiri. Akhir tahun 2015, dengan modal yang terkumpul dari margin keuntungan produk tas kustom, Hafidh mulai serius menggarap produk Wellflair sendiri.

Kendati demikian, bukan tanpa tantangan untuk mendirikan bisnis ini. Pasalnya, meski sudah memiliki sumber daya manusia yang mumpuni dan market yang potensial, bahan baku masih menjadi persoalan yang ditemui.

“Bahan baku sebetulnya tidak ada masalah. Hanya saja, saya masih harus beli bahan di Bandung dengan harga lebih mahal. Padahal, kebanyakan pabrik kain untuk bahan baku tas ini ada di Jogja. Karena pasar mereka bukan Jogja tetapi Bandung dan Jakarta. Kalau mau beli harus dalam partai besar tidak bisa eceran,” ungkap Hafidh.

Kendati di awal bisnis membidik market Jogja, namun pada perjalanannya produk Wellflair lebih banyak diminati konsumen dari luar DIY. Dalam sepekan rata-rata produksi tas berbagai model mencapai 800 pieces dengan harga jual mulai dari Rp80.000 sampai Rp399.000.

Mengusung konsep story behind the product, Hafidh memberikan perbedaan unik pada produknya yakni setiap produk memiliki cerita dan sebagian besar seri nama produk diambil dari bahasa Sansekerta. “Intinya, saya ingin setiap produk itu ada cerita yang ingin disampaikan. Selain itu, ada juga ethnic series, di mana lewat produk ini juga turut dikenalkan kain-kain tradisional Indonesia dengan kolaborasi desain dari Wellflair,” papar Hafidh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya