SOLOPOS.COM - Pembangunan di sektor properti ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi. (Ilustrasi/Dok/JIBI)

Pembangunan di sektor properti ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi. (Ilustrasi/Dok/JIBI)

SEMARANG – Perekonomian Jawa Tengah diprediksi tumbuh 6,2%–6,6% pada tahun ini yang ditopang oleh perkembangan investasi yang pesat pada infrastruktur dan sektor ekonomi lain.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun pertumbuhan yang pesat itu menghadapi tantangan tekanan inflasi yang banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah seperti kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) dan upah minimum kota/kabupaten (UMK).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng-DIY Joni Swastanto mengatakan ekonomi Jateng kembali memiliki peluang untuk kembali melampaui nasional pada tahun ini dengan dukungan investasi dan konsumsi masyarakat.

Meski konsumsi masih dominan dalam pembentukan produksi domestik regional bruto (PDRB), namun dia menyoroti porsi sektor itu terus menurun akibat pertumbuhan investasi yang lebih pesat.  “Di Jateng ada beberapa proyek infrastruktur besar yang akan menopang pertumbuhan ekonomi, seperti rel ganda kereta api, jalan tol Semarang—Solo, dan perluasan bandara,” ujarnya Jumat (15/2/2013.

Selain itu, beberapa sektor ekonomi seperti perdagangan, hotel, dan restoran akan kembali tumbuh pesat seperti tahun lalu. Hal yang sama juga akan terjadi pada sektor jasa, termasuk jasa keuangan.

Sektor Pertanian
Adapun untuk sektor pertanian relatif lebih rendah dari sektor lain karena lebih banyak dipengaruhi oleh cuaca.  “Khusus untuk triwulan I/2013, kami memprediksi pertumbuhan ekonomi akan berada pada kisaran 6,0–6,4% dibandingkan dengan setahun lalu,” ujarnya.

Tingkat pertumbuhan ekonomi Jateng menembus 6,34% pada 2012, melampaui nasional yang hanya berada pada 6,23%. Bila dibandingkan dengan historis dalam 3 tahun terakhir, baru kali ini pertumbuhan ekonomi Jateng melampaui nasional.

Pada 2011 lalu, pertumbuhan ekonomi Jateng hanya 6% jauh dibawah nasional yang mencapai 6,5%. Sementara pada 2010, ekonomi Jateng hanya meningkat 5,7% dan nasional berjaya di 6,1%.

Joni mengakui pertumbuhan Jateng pada 2012, khususnya triwulan IV, melampaui dari prediksi. “Terutama pada pertumbuhan investasi, kami prediksi di triwulan IV hanya tumbuh 9,5%, namun ternyata dapat mencapai 11%,” ujarnya

Meski demikian, Joni mengatakan Jateng dan provinsi lain menghadapi tantangan kenaikan harga terutama akibat kebijakan TTL dan UMK. “Kami prediksi inflasi memang akan naik selama tahun ini. Pada triwulan I/2013, kami prediksi inflasi pada 4,8%–5,3%,” ujarnya.

Namun dia tetap optimis tingkat inflasi Jateng tetap di bawah nasional, meskipun perkembangan investasi di wilayah ini akan pesat. “Inflasi bisa kita kendalikan apabila pasokan tercukupi dan ekspektasi bisa dikendalikan,” ujarnya.

Indra Kuspriyadi, Peneliti Ekonomi BI Jateng-DIY mengatakan untuk menopang program pengendalian inflasi itu, baru saja dibentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Semarang pada Januari lalu. TPID itu melengkapi dari tim serupa di beberapa kota Jateng yang telah dibentuk terlebih dahulu. “Kami sudah memiliki TPID di seluruh kota Jateng yang dihitung inflasinya setiap bulan,” ujarnya.

Pengamat Ekonomi Universitas Diponegoro FX Sugianto melihat pertumbuhan Jateng yang pesat tidak menurunkan kesenjangan ekonomi dan kemiskinan. “Di satu sisi memang benar Jateng tumbuh pesat, namun di sisi lain ada problematika yang belum terselesaikan, yakni ada kesenjangan yang besar antar kelompok dan wilayah serta daya serap tenaga kerja menurun,” ujarnya.

Menurut Sugiyanto, persoalan kesenjangan ekonomi dan kemiskinan masih terasa kuat di beberapa kabupaten, meskipun pembangunan di beberapa kota terlihat pesat. “Ada strategi yang salah dalam perekonomian Jateng sehingga pertumbuhan tidak membawa kemakmuran ekonomi bagi masyarakat,” ujarnya.

Terkait pendapat tersebut, Joni tidak menampik pertumbuhan ekonomi pada 2012 lebih banyak pada padat modal daripada padat karya. Namun, pada tahun ini dia berpendapat ada peluang untuk meningkatkan ekonomi yang padat karya, lewat industri pengolahan

“Ada relokasi beberapa industri pengolahan dari Jawa Barat ke Jawa Tengah. Tugas kita adalah menjaga kestabilan harga agar industri pengolahan itu bisa berkembang dan menyerap tenaga kerja secara optimal,”  ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya