SOLOPOS.COM - Sejumlah menteri Kabinet Kerja berjalan menuju ruangan rapat kerja ekspor impor, Rabu (15/4/2015), (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Ekonomi Indonesia masih dibayangi tingginya utang meskipun diklaim untuk sektor produktif.

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah mengklaim tingginya tingkat utang Indonesia digunakan untuk pembiayaan infrastruktur yang produktif sehingga tak akan menyebabkan krisis seperti Yunani.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, mengatakan publik tak dapat membandingkan kondisi utang Indonesia dan Yunani. Pasalnya, pemerintah Yunani menggunakan dana utang untuk kebutuhan konsumtif. Sedangkan pemerintah Indonesia memanfaatkan pembiayaan untuk sektor produktif, seperti pembangunan infrastruktur.

“Jangan dibandingkan Yunani dan Indonesia. Indonesia harus dibandingkan dengan negara-negara yang jauh lebih baik pengelolaan manajemen ekonominya,” ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Kamis (9/7/2015).

Berdasarkan statistik, dia menyebutkan, tingkat utang Yunani terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 200%, sedangkan utang Indonesia hanya 26% terhadap PDB. Intinya, pengelolaan anggaran negara harus dilakukan melalui prinsip rumah tangga yang baik agar tidak besar pasak daripada tiang.

Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta pemerintah segera menghentikan rencana penambahan utang baru di tengah pelemahan ekonomi dunia setelah gagal bayar yang dialami Yunani. Anggota Komisi Keuangan DPR Willgo Zainar menilai pinjaman dalam valas semakin menambah utang luar negeri dan beban rupiah yang sedang terpuruk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya