SOLOPOS.COM - Perahu melintas di perairan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. (Wahyu Darmawan/JIBI/Bisnis)

Ekonomi Indonesia mendapat alarm setelah data neraca perdagangan menunjukkan kenaikan impor dan turunnya ekspor.

Solopos.com, JAKARTA — Penurunan volume ekspor dan naiknya volume impor di awal tahun ini dinilai harus diwaspadai sebagai salah satu sinyal penurunan kapasitas produksi dalam negeri.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

Ekonom dari Universitas Padjajaran Ina Primiana menuturkan hal ini juga menimbulkan tanda tanya kemajuan program hilirisasi industri domestik. “Ketika ekspor menurun dan impor justru naik berarti produksi di dalam negeri berkurang, apalagi kalau impornya barang konsumsi,” katanya kepada Bisnis/JIBI, Selasa (15/3/2016).

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan volume impor barang konsumsi selama Januari-Februari 2016 melonjak 102,6% secara year-on-year (yoy) dari 682.000 ton menjadi 1,38 juta ton. Dalam golongan barang konsumsi, kenaikan volume makanan dan minuman tercatat paling tinggi.

Volume impor makanan dan minuman melesat 427,22% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 806.000 ton dari 153.000 ton. Di sisi lain, pada periode yang sama, volume impor barang modal hanya naik tipis 7,88% menjadi 501.000 ton sedangkan volume bahan baku dan penolong justru tergerus 4,09% menjadi 22,04 juta ton.

Sementara itu, sepanjang Januari-Februari 2016 dari segi nilai impor barang konsumsi membukukan kenaikan 34,38% ke level US$2,16 miliar. Sedangkan nilai impor bahan baku dan barang modal justru melemah masing-masing 19,18% menjadi US$14,86 miliar dan 12,62% menjadi US$3,61 miliar.

Ina menambahkan jika gejala penurunan produksi benar terjadi hal ini akan berbahaya sebab berlawanan dengan upaya pemerintah yang menggeber produksi dan manufaktur dalam negeri. “Jangan sampai mengubah struktur kita yang sedang menggenjot produksi dan malah jadi pedagang semuanya,” ungkapnya.

Senada, peneliti dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia I Kadek Dian Sutrisna mengatakan peningkatan impor barang konsumsi jangan sampai terjadi dalam jangka panjang. Pasalnya, hal tersebut justru akan membuat pertumbuhan ekonomi tak berkelanjutan.

“Harusnya perekonomian yang pulih dan tumbuh dalam jangka panjang ditandai oleh peningkatan impor bahan baku dan barnag modal yang digunakan untuk produksi,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya