SOLOPOS.COM - Nurmaningsih, Saniyati dari SMAN 1 Watumalang Wonosobo. (Istimewa-dokumen pribadi)

Kegiatan mendapatkan dan memberikan barang adalah hal yang sangat dekat dengan kita. Hal tersebut tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan hidup serta memperoleh kenyamanan. Mulai dari kebutuhan primer hingga tersier, kebutuhan jasmani dan rohani, kebutuhan untuk saat ini hingga yang akan datang, sampai kehidupan individu dan kelompok.

Kita jelas tahu kegiatan ekonomi sangat dekat dengan kebutuhan. Dimana dalam memenuhi kebutuhan tersebut kita melakukan kegiatan ekonomi. Kegiatan ini terbagi menjadi tiga, yaitu kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi. Ketiganya saling berkaitan apabila satu bermasalah maka akan berdampak ke yang lainnya.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Kegiatan ini juga dilakukan setiap hari yang melibatkan uang, pertukaran produk, atau petukaran layanan. Ini akan terus terjadi dan berkesinambungan yang dipengaruhi beberapa faktor. Dengan berbagai keahlian dan pekerjaan orang yang berbeda-beda, kita bisa memenuhi kebutuhan dengan saling bertukar barang dan bertransaksi dengan orang lain.

Namun hal itu berlangsung dulu saat keadaan masih normal. Saat ini karena Indonesia sedang dilanda virus Covid-19 yang mau tidak mau semuanya harus dibatasi. Kebiasaan baru diberlakukan. Mulai 3M, fisical distancing, social distancing, everything from home, sampai PSBB. Banyak yang ditata ulang. Banyak yang diberhentikan. Para pekerja sebagian menjadi pengangguran. Banyak yang tidak terima, membantah, menangis, namun apa kuasa kita.

Disamping dampak yang timbul, banyak juga hal baru yang muncul. Inovasi terus berkembang. Semuanya serba daring. Hal itulah yang membuat inovasi di berbagai bidang sangat penting. Terlebih di bidang ekonomi. Dimana kita tahu bidang ini sangat berpengaruh terhadap banyak hal.

Banyak yang ditata ulang membuat banyak sektor yang tertekan. Namun tidak di bidang ekonomi ini. Contohnya peningkatan perdagangan secara elektronik (e-dagang). Jika dulu cara berjualan kita memerlukan cara untuk promosi dengan brosur dan dor to dor, maka saat ini kita menggunakan internet. Kita bisa jual dagangan kita di situs online atau aplikasi. Kenormalan baru yang berkembang sangat pesat.

Kita bisa lihat dari pengguna baru meningkat 37 persen dalam layanan ekonomi digital. Ini angka yang tinggi khususnya di Indonesia. Angka tersebut diperoleh dari adopsi digital, belanja daring, serta bekerja, berolahraga, belajar, dan hiburan dari rumah. Ini sungguh menjadi peluang pelaku ekonomi dalam lebih meningkatkan distribusinya lewat ekonomi digital. Dorongan pemenuhan kebutuhan yang besar menjadi faktornya.

Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut tentu memerlukan usaha serta alat untuk memenuhinya. Ini dapat berupa barang dan jasa. Misalkan kita menginginkan sesuatu, kita harus beruasaha untuk mendapatkannya, bisa dengan kita bekerja terlebih dahulu lalu memperoleh balas jasa berupa uang untuk membeli atau kita langsung membelinya.

Cara pembayaran juga beragam. Jika kita kilas balik dari jaman dulu sebelum menggunakan uang sebagai alat pembayaran sampai sekarang yang uang saja tidak ada wujudnya atau cashless, ada beberapa cara untuk mendapatkan barang. Mulai dari barter (pertukaran barang dengan barang atau pertukaran jasa dengan jasa), commodity currency, uang tunai, kartu kredit dan debit, cek, giro/bilyet, e-money, sampai QR Code.

Cara pembayaran abad 21 ini terus berkembang seiring dengan dorongan oleh kemajuan teknologi yang ada. Hal itu terjadi karena masyarakat lebih membutuhkan sesuatu yang praktis, mudah, efisien, serta bisa dilakukan dimana dan kapan saja. Apalagi dalam pandemi Covid ini, dengan segala keterbatasan gerak manusia kemudahan dalam mengakses sesuatu sangat diperlukan.

Para perusahaan-perusahaan pembuat aplikasi digital terus memperbaharui sistem yang mereka punya untuk memudahkan pengguna. Fitur yang menarik serta mudah digunakan menjadi daya tarik tersendiri bagi calon pengguna.

Akses yang tidak terbatas ruang dan waktu, juga menjadi faktor seseorang untuk menggunakan aplikasi yang diluncurkan. Terlebih untuk digital payment (cara pembayaran yang menggunakan media elektronik), jika segala kemudahan, kelebihan, serta jaminan aman yang disuguhkan untuk pengguna maka akan sangat mungkin masyarakat akan menggunakannya.

Untuk saat ini digital payment di Indonesia bisa dilakukan dengan berbagai cara. Bisa lewat SMS, atau online service seperti internet banking. Pembayaran yang dapat dilakukan meliputi cicilan rumah, token listrik, PDAM, kartu kredit, belanja online dll.

Digital payment di Indonesia sendiri sudah banyak macamnya. Ada yang berbasis rekening, scan barcode, sampai scan QR Code. Alatnya sangat beragam yang diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak disini. Yang pertama ada Apple Pay. Aplikasi yang dibuat tahun 2014 ini sangat mempermudah penggunanya. Mulai yang penggunakan smartphone iPhone, marchent, sampai offline.

Yang kedua ada Payoneer, yaitu alat yang bisa disebut ATM Serbaguna. Dimana kita bisa melakukan penarikan dan penabungan dengan jumlah yang besar. 2Chekout ada diurutan ketiga jika menggunakan ini kita bisa transaksi internasional. Keempat ada Venmo dan diurutan terakhir ada Intuit GoPayment.

Hal ini adalah berita baik. Namun, untuk akses yang lebih luas Indonesia masih berupaya untuk mewujudkannya dengan penambahan satelit. Jika semuanya sudah terealisasi maka harapannya ini dapat menambah kesejahteraan masyarakat untuk Indonesia maju.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya