SOLOPOS.COM - Presdir PT Superior Prima Sukses (SPS) Billy Law (kiri) meninjau pabrik SPS di Toyogo, Sambungmacan, Sragen, bersama Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati dan Gubernur Ganjar Pranowo, Maret 2022 lalu. (blessconbataringan.com)

Solopos.com, SURABAYA–PT Superior Prima Sukses (SPS) yang dipimpin Billy Law secara konsisten berupaya melayani dan menjangkau kebutuhan material konstruksi untuk masyarakat luas. Sebagai produsen bata ringan Autoclaved Aerated Concrete (AAC) merek Blesscon, PT SPS kini mengembangkan ekspedisi sendiri untuk menjangkau konsumen di pelosok daerah.

Billy Law selaku Presiden Direktur PT SPS mengatakan saat ini SPS mempunyai 500 truk untuk pengiriman produk. Hal itu untuk memudahkan distribusi produk Blesscon sampai ke pelosok. Dengan ekspedisi dan pengembangan lini produksi, Billy yakin sudah menekan biaya produksi dengan maksimal.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

PT SPS sendiri mempunyai komitmen one day service. Itu hanya bisa dipenuhi jika perusahaan punya ekspedisi sendiri. Selama masih sewa ekspedisi, tidak ada jaminan bagi konsumen dan jumlah suplai ke masyarakat.

“Tantangannya adalah ongkos kirim yang tinggi. Untuk itu [jangkauan luas] kami membuat jasa ekspedisi sendiri. Ada 500 truk, sulit juga cari truk sebegitu banyak. Kita kirim mobil kecil [colt diesel] sampai pelosok,” kata Billy, Kamis (22/12/2022), di kantornya di Jl. Raya Kupang Baru, Kec. Dukuh Pakis, Kota Surabaya.

Produk Blesscon sudah tersertifikasi SNI 8640:2018 yaitu SNI Pasangan Bata dan SNI 2190:2021 yaitu SNI Beton Aerasi autoklaf, serta Sertifikasi Green Label. Blesscon merupakan bata ringan yang kali pertama meraih ke-3 sertifikasi tersebut. Selain itu Blesscon juga mendapat penghargaan berupa Top Brand secara berturut-turut dari tahun 2021 hingga 2022.

Dengan adanya tiga lokasi pabrik saat ini dan jaringan distribusi tersebar di lebih dari 10.000 outlet toko dan kepemilikan armada pengiriman sendiri yang berjumlah 500 unit, Blesscon dapat melayani konsumen secara lebih merata dan lebih cepat sampai ke pelosok desa, khususnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Selain jumlah pabrik dan karyawan yang terus bertambah, angka produksi bata ringan Blesscon juga meningkat dari sekitar 17.000 kubik pada 2013 menjadi sekitar 2,5 juta kubik saat ini. Sudah ada lebih dari 10.000 outlet toko dan retail bangunan yang dilayani oleh PT Superior Prima Sukses dengan persentase penjualan 85% di kelas kabupaten meliputi wilayah pedesaan dan 15% di kota.

Pada awal berdiri, produksi bata ringan skalanya masih kecil sehingga orang tidak banyak mengetahui pemakaian bata ringan. Harga jual pun mahal sebab supply dan demand tidak banyak.

Pada 2012 harga jual bata ringan bisa mencapai Rp1.000.000 per kubik, saat ini sekitarRp 500.000 per kubik. Menurut Billy, pada waktu itu bata ringan masih menjadi material bangunan yang eksklusif, yang lebih banyak digunakan untuk high rise building.

“Intinya kita harus buat bata ringan tidak hanya ke high rise building, tapi ke retail masyarakat dan semua golongan. Jadi perumahan bisa pakai dan itu pasar yang besar di Indonesia,” kata dia.

Ada dua cara yang dilakukan agar harga produk tidak mahal dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pertama, skala produksi harus besar. Kedua, tempat produksi strategis dekat dengan pasar atau pembeli dan sumber bahan baku.

Unit Produksi

Wilayah Soloraya menurut Billy Law menjadi kota dengan pasar bata ringan paling besar. Sehingga pada Maret 2022, PT SPS meresmikan dua lini produksi bata ringan Blesscon di Sragen.

“Dengan dibukanya pabrik Sragen, penjualan paling besar ya di Solo raya karena kami bisa menyediakan bata ringan dengan harga lebih murah. Misal dulu di Solo Rp 700.000 per kubik, setelah kita masuk Sragen tinggal sekitar Rp 500.000 per kubik,” lanjut dia.

Seiring dengan perubahan kebiasaan masyarakat dalam memilih material bangunan, PT SPS berupaya untuk menambah unit produksi. Sementara ini rencana pengembangan masih ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Namun selanjutnya PT Superior Prima Sukses punya harapan bisa mendirikan unit baru di kawasan Jawa Barat dan luar pulau.

Di sisi lain, masih ada tantangan. Billy memetakan permasalahan sumber daya manusia (SDM) perusahaan menjadi tantangan terbesar. Kualitas SDM menurutnya sangat berpengaruh bagi kualitas produk. “Tantangan terbesar adalah tim dan SDM untuk membuat produk dengan kualitas dan efisiensi sama. Kaderisasi harus bagus, lebih susahnya lagi [produksi] bata ringan tidak memungkinkan di satu tempat saja,” pungkas dia.

Artikel ini telah dimuat di Harian Umum Solopos edisi Weekend Sabtu-Minggu (21-22/1/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya