SOLOPOS.COM - Ketun HKTI Jenderal (Purn) Moeldoko saat menghadiri panen ikan Kelompok Mina Ngremboko, Desa Bokesan, Sindumartani, Ngemplak, Sabtu (20/1/2018). (Abdul Hamid Razak/JIBI/Harian Jogja)

Masalah efesiensi listrik masih perlu dibenahi

Harianjogja.com, SLEMAN-Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal (Purn) Moeldoko bangga dengan penemuan teknologi karya mahasiswa yang makin aplikatif untuk kepentingan petani.

Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda

Salah satunya, teknologi micro bubble generator (MBG) karya mahasiswa UGM yang diterapkan pada kelompok petani ikan Tani Mina Ngeromboko, Sindumartani Ngemplak. Hanya saja, masalah efesiensi listrik masih perlu dibenahi.

Menurut Kepala Staf Kepresidenan ini, teknologi micro bubble generator dinilai mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas ikan budi daya air tawar. “Penemuan ini menjawab hal utama bagaimana manfaatnya bagi petani secara langsung,” puji Moeldoko saat menghadiri syukuran panen ikan nila merah dengan teknologi MBG Kelompok Tani Mina Ngeromboko, Sindumartani, Ngemplak, Sleman, Sabtu (20/1/2018).

Ekspedisi Mudik 2024

Moeldoko meyakini jika teknologi aplikatif ini terus dikembangkan maka tingkat kesejahteraan petani juga dapat meningkat. Proses pertanian rakyat, terutama budi daya ikan air tawar di lahan terbatas seperti di DIY, membutuhkan terobosan dan inovasi teknologi agar bisa diterima dalam skala industri.

Teknologi MBG merupakan pembuatan gelembung udara mikro dengan generator kecil. Dengan gelembung udara maka kandungan oksigen dalam air semakin tinggi. Teknologi tepat guna ini murah dan telah diuji coba di pertanian air tawar di Sleman, DIY.

Selain murah, penerapan MBG juga menghasilkan panen lebih dari tiga kali dalam setahun. Dari tiga kali panen menjadi empat kali panen, penggunaan listriknya hemat untuk memutar kincir. Jika disosialisasikan kepada masyarakat, katanya, teknologi ini bisa lebih efisien dalam proses budi daya ikan. Petani akan mendapat hasil yang maksimal karena hasilnya naik lebih dari 50%.

“Pakan lebih sedikit, waktu memelihara lebih pendek, ikan lebih cepat besar dan sehat. Ini menjadi tantangan bagi penelitian perguruan tinggi. Bagaimana, hasilnya bisa diterapkan pada skala industri agar menguntungkan,” katanya.

Peneliti senior UGM Profesor Rustadi menyebutkan, teknologi MBG yang dikembangkan ini, terbukti dapat mengefisienkan pakan dan jumlah ikan yang hidup lebih banyak. Alasannya, MBG menghasilkan gelembung yang kecil kemudian melarutlan oksigen pada air.

“Teknologi ini juga menghilangkan jamur dan merangsang pertumbuhan plankton yang bisa menjadi pakan tambahan ikan,” jelasnya.

Rustandi meyakini, teknologi MBG ini prospektif untuk budi daya ikan tawar. Bahkan bisa juga diterapkan untuk budi daya ikan air laut seperti budi daya udang dan ikan yang menggunakan jaring apung di laut. “Kami senang didukung biaya riset HKTI dan komitmen Pak Moeldoko memajukan pertanian air tawar,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Ngeromboko Suprapto mengatakan, aplikasi teknologi MGM lebih pas diterapkan untuk pembesaran ikan. Sebaliknya, jika diterapkan sejak pembibitan hasilnya kurang memuaskan. “Ini berdasarkan pengalaman kami menerapkan MBG sejak tiga tahun lalu,” ujarnya kepada Harianjogja.com.

Meski mengakui jika hasil panen mengalami peningkatan tiga kali lipat, tetapi yang menjadi persoalan adalah efisiensi tenaga listrik. Menurutnya, penerapan teknologi MBG ini masih membutuhkan daya listrik 2.200 VA. Kondisi tersebut dinilai tidak efisien dari kaca mata usaha. “Kalau menggunakan 900 VA atau 1.200 VA bisa lebih efisien,” jawabnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya