SOLOPOS.COM - Foto lafadz Allah setelah diputar posisi. Foto ini diabadikan oleh Adam, 26, warga Banyuraden Gamping Sleman Kamis (23/5) sekitar pukul 05.45 WIB. JIBI/Harian Jogja/Sunartono

Foto lafadz Allah setelah diputar posisi. Foto ini diabadikan oleh Adam, 26, warga Banyuraden Gamping Sleman Kamis (23/5) sekitar pukul 05.45 WIB.
JIBI/Harian Jogja/Sunartono

Suatu ketika, di Miami, Amerika Serikat seorang perempuan memotret sandwich keju panggang dan menampilkannya di situs jual beli eBay. Beberapa orang yang melihatnya kemudian menyebut ada penampakan Perawan Maria dalam roti lapis itu. Padahal, sejumlah lainnya tidak melihat apapun, melainkan hanya sebentuk roti lapis keju panggang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Fenomena ini sama dengan fenomena tulisan Allah yang dipotret oleh warga Sleman dan tampak di langit Jogja, Kamis (23/5) disebut sebagai efek pareidolia. Apa sebenarnya pareidolia itu?

Pareidolia, seperti dilansir situs LiveScience adalah fenomena psikologi yang menyebabkan sebagian orang melihat atau mendengar samar-samar atau gambar acak juga suara seperti sesuatu yang begitu penting.

Ekspedisi Mudik 2024

Fenomena pareidolia, berasal dari bahasa Yunani “para” yang berarti cacat, salah, sebagai ganti dan kata benda “eid?lon” yang berarti gambar, bentuk atau potongan.

Pareidolia sebenarnya adalah salah satu tipe dari apophenia (pengalaman melihat bentuk dari data tidak penting).

Di negara-negara Barat, contoh paling sering pareidolia yang dilaporkan adalah melihat bentukan Yesus di awan atau gambar seorang pria di bulan purnama.

Kenapa pareidolia bisa terjadi? Ada beberapa teori yang mengupas penyebab fenomena ini. Sejumlah ahli menyebut pareidolia memberikan sebuah keyakinan psikologis tentang khayalan-khayalan yang membuatnya terasa masuk akal.

Para ahli juga percaya, fenomena pareidolia berada di belakang beberapa pernyataan manusia yang pernah melihat penampakan alien atau UFO.

Pareidolia kerap kali dikaitkan dengan kejadian spiritual. Sebuah penelitian di Finlandia menemukan bahwa orang-orang yang relijius atau memiliki keyakinan yang kuat akan dunia supernatural lebih kerap melihat wajah-wajah di benda-benda tak bernyawa atau alam.

Carl Sagan, penulis buku dan ahli kosmologi Amerika Serikat menyebut paraedolia hal penting untuk bertahan hidup. Dalam bukunya yang terbit tahun 1995, The Demon-Haunted World – Science as a Candle in the Dark, dia berargumentasi bahwa kemampuan untuk mengenali wajah-wajah yang tampak pada kejauhan atau dalam penglihatan yang samar dalah sebuah teknik bertahan hidup yang penting.

Ketika manusia juga menggunakan insting ini sebagai alat menilai apakah seseorang yang mendekat sebagai musuh atau teman, Sagan mencatat hal tersebut bisa memunculkan kesalahan interpretasi dari gambar-gambar acak atau pola sinar dan bayangan sebagai wajah-wajah.

Lain Sagan, lain pula Leonardo da Vinci. Ia mencatat pareidolia sebagai sesuatu yang artistik. Bagaimana dengan Anda?

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya