SOLOPOS.COM - Ilustrasi Earth Hour (leftyfb.com)

Earth Hour (leftyfb.com)

Seperti hari-hari biasanya, Kamis (22/3) pekan lalu siaran televisi di kamar Inaya Kusna menyala di pagi hari. Usai cuci muka, sekitar pukul 07.00 WIB dia langsung memencet tombol power pada remote control televisi.

Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia

Televisi berukuran 14 inch itu tinggal diperintah lewat remote control karena malamnya benda elektronik itu mati setelah diatur hidupnya lewat perintah timer. “Kalau ketiduran televisinya bisa mati sendiri,” ujarnya kepada Harian Jogja, sehari berikutnya.

Tatkala mesti berangkat kerja sekitar pukul 08.30 WIB, Ina, sapaan Inaya, tinggal memencet kembali tombol power pada remote control-nya. “Selama kerja sampai petang hari, televisi itu stand by agar bisa langsung dinyalain saat pulang,” papar Ina.

Menurut Koordinator Earth Hour WWF Jogja, Felix Krisnugraha, perilaku enggan mematikan televisi dengan mencabut kabel dari arus listrik masih dilakukan mayoritas warga di DIY. Memencet remote control memang lebih praktis daripada melepas kabel dari arus listrik.

“Dengan mengondisikan televisi tetap stand by, arus listrik masih tergunakan barang elektronik itu. Itu sama saja menggunakan listrik percuma dan tidak ramah energi,” ujarnya saat ditemui Harian Jogja di kawasan Kotabaru, Sabtu (24/3) pekan lalu.

Karena itu, lewat aksi Earth Hour  selama satu jam, mulai pukul 20.30 WIB hingga pukul 21.30 WIB pada 31 Maret mendatang, masyarakat yang selama ini masih boros energi bisa tersadarkan.

Earth Hour WWF tidak menghitung teknis rincian potensi penghematan yang bisa dilakukan lewat pemadaman listrik selama sejam. Alasannya, agar tak terjadi upaya manipulasi data akibat persaingan hasil penghematan yang bisa dilakukan di tiap daerah.

“Kami lebih menuju pada perubahan gaya hidup lewat aksi selama satu jam. Kami yakin bakal ada warga tersadar meski hanya satu jam dan itu bisa disalurkan ke orang-orang terdekatnya,” papar Felix.

Direktur Eksekutif Walhi DIY Suparlan menjelaskan program Earth Hour merupakan upaya persuasif kesadaran masyarakat dalam hal penghematan energi. Hanya, kajian mengenai efektivitas program tersebut belum dihasilkan.

Humas PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) APJ Jogja Joko Handoyo menambahkan dari tahun ke tahun kebutuhan energi kian meningkat sehingga program penghematan listrik menjadi hal yang terus coba digaungkan.

“PLN hanya bisa memberi edukasi. Penghematan sepenuhnya kesadaran dari masyarakat,” ujar Joko saat ditemui di kantornya di Jalan Gedongkuning, Kamis pekan lalu.

Tips Hemat Listrik:

-Lampu Penerangan

Gunakan lampu hemat energi, matikan jika tidak digunakan, lengkapi lampu TL dengan kondensor.

-Lemari Es

Aturlah suhu udara sesuai kebutuhan, semakin dingin suhu lemari es, semakin besar energi listrik yang diperlukan. Hinadari memasukan makanan panas ke lemari es dan isi lemari es secukupnya

-Seterika

Gunakan seterika yang dilengkapi alat pengukur temperatur

-Pompa Air

Gunakan penampungan air untuk mengurangi beban kerja pompa air

-Vacuum Cleaner

Filter debu yang tersumbat mengakibatkan motor listrik bekerja lebih berat dan menyedot energi lebih besar. Bersihkan filter secara berkala

Sumber: PT PLN (Persero) APJ Jogja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya