SOLOPOS.COM - Kawasan Tugu Muda dan Lawangsewu, Semarang, tampak gelap gulita saat peringatan Earth Hour 2017, Sabtu (26/3/2017) malam. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Earth Hour atau Jam Bumi 2017 tak memberi dampak signifikan terhadap beban listrik di Jateng dan DIY.

Semarangpos.com, SEMARANG — Earth Hour 2017 diperingati sebagian kalangan dengan bersepakat mematikan selama satu jam berbagai peranti elektronik. Nyatanya, peringatan momentum yang bisa diterkemahkan secara bebas sebagai Jam Bumi 2017 itu tak berdampak signifikan terhadap beban listrik JawaTengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Earth Hour atau Jam Bumi 2017 dinilai belum memberikan kesadaran kepada masyarakat, khususnya di Jateng dan DIY untuk mematikan listrik. Terbukti, saat peringatan Earth Hour 2017 yang jatuh pada Sabtu (25/3/2017) mulai 20.30 WIB-21.30 WIB, beban listrik di wilayah Jateng dan DIY tak mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Informasi yang diterima Semarangpos.com dari PT PLN Distribusi Jateng dan DIY (DJTY) selama peringatan Earth Hour 2017, beban listrik di wilayah Jateng dan DIY, terutama kota-kota besar seperti Semarang dan Jogja, tak mengalami penurunan. Berdasar data dari Area Pengatur Beban tercatat realisasi beban listrik di Jateng dan DIY pada pukul 20.30 WIB mencapai 3.482 Mega Watt (MW), sementara pukul 21.00 WIB sekitar 3.366 MW dan pada pukul 21.30 WIB adalah 3.218 MW.

Jika ditotal penurunan beban selama Earth Hour 2017 hanya berkisar 264 MW dengan total penghematan energi mencapai 155,5 MW atau sekitar 3,53%. Jumlah penurunan beban listrik pada malam Earth Hour 2017 itu tak jauh berbeda dengan penurunan.beban listrik yang terjadi pada hari Sabtu dalam lima pekan terakhir. Persentase penurunan beban Earth Hour kali ini juga lebih rendah apabila dibandingkan dengan perayaan Earth Hour 2016 lalu yang mencapai 4,7% dari beban rata-rata 3.487 MW menjadi 3.322 MW.

PLN DJTY menilai penurunan beban listrik yang tidak terlalu signifikan itu lebih disebabkan faktor cuaca. Saat perayaan Earth Hour 2017 banyak masyarakat yang masih menyalakan listrik dengan cara menghidupkan alat pendingin udara atau air conditioner (AC) karena cuaca yang panas.

AC memang menyerap beban listrik yang relatif besar dibanding lampu atau alat elektronik lain. Selain itu, penurunan beban listrik yang tidak terlalu signifikan itu juga membuktikan bahwa partisipasi masyarakat untuk mengikuti program Earth Hour masih sangat rendah.

Earth Hour atau Jam Bumi adalah sebuah kegiatan global yang diadakan oleh World Wide Fund for Nature (WWF) pada Sabtu terakhir bulan Maret setiap tahunnya. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memadamkan listrik yang tidak perlu di rumah maupun tempat-tempat umum selama satu jam.

Earth Hour diadakan guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya tindakan serius menghadapi perubahan iklim yang disebabkan pemakaian listrik secara berlebihan. Kegiatan yang dicetuskan WWF dan Leo Burnett ini kali pertama diselenggarakan tahun 2017 di Sydney, Australia.

Saat itu, sekitar 2,2 juta penduduk Sydney berpartisipasi dengan memadamkan semua lampu yang tidak diperlukan. Setelah Sydney, pada tahun-tahun berikutnya, Earth Hour juga dilakukan di beberapa kota besar di seluruh dunia.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya