Otoritas IST Akprind Jogja mengungkapkan, Dwi Hartanto pernah memalsukan tanda tangan.
Harianjogja.com, JOGJA— Kasus kebohongan Dwi Hartanto perlahan terus terungkap. Almamaternya, IST Akprind Jogja menemukan rekam jejak Dwi pernah memalsukan tandatangan pegawai untuk melengkapi berkas pendaftaran beasiswa S-2 di UGM. Tetapi, pihak kampus memilih damai atas kasus tersebut.
Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler
Rektor IST Akprind Jogja Amir Hamzah membenarkan, bahwa Dwi Hartanto pernah memalsukan tandatangan salah satu karyawan Akprind kurun waktu 2006 atau 2007 silam. Ketika itu, Dwi ingin mendaftar S2 UGM melalui jalur beasiswa. Untuk mendapatkan beasiswa tersebut, Dwi seolah-olah menjadi dosen Akprind padahal sama sekali tidak pernah menjadi dosen Akprind.
Agar ia seakan tercatat sebagai dosen Akprind, maka Dwi memalsukan tandatangan salah satu karyawan di dalam surat yang menerangkan dirinya dosen Akprind. “Dia kan enggak dosen, jadi kemudian ya semacam ngaku dosen, dokumen untuk S2, mau mencari beasiswa,” terangnya, Selasa (10/10/2017).
Meski demikian, Amir tidak bisa menunjukkan data detail namun ia memastikan, kasus pemalsuan tandatangan itu benar adanya. Karena Kopertis Wilayah V DIY juga turut memantau mengingat proses pendaftaran beasiswa itu juga melalui rekomendasi Kopertis.
Hanya saja, ketika itu Akprind tidak memberikan hukuman apapun, justru memaafkan Dwi dan melepaskannya begitu saja. Pihak kampus baru mendapatkan informasi tentang Dwi setelah viral di medsos sebagai “The Next Habibie”.
“Persoalan itu sudah selesai. Jadi ya istilahnya waktu itu ada problem seperti anak nakal, tidak kena hukum. Kami memandang seperti memalsu absen tandatangan saja,” ujar dia.