SOLOPOS.COM - Ariyo Hantoro, 35, berbincang dengan Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengenalkan produk olahan singkong ketika pameran produk pertanian di Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Klaten, Selasa (26/10/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Produk Singkong Keju Meletus milik Ariyo Hantoro, 35, asal Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom, Klaten, digemari banyak kalangan. Pada awal usahanya, 2006, belum banyak pelaku usaha yang melirik olahan singkong.

Tidak heran jika olahan singkong goreng yang empuk, pulen, dan gurih ditaburi parutan keju memikat orang-orang berdatangan dan rela mengantre.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak jarang antrean pembeli Singkong Keju Meletus kala itu bisa mencapai 30 orang. Bahkan, Duta, vokalis Sheila on 7, pernah ikut antre di outlet milik Ariyo.

Baca Juga: Sri Mulyani Minta Produk UMKM Tampilkan Logo Klaten

Ekspedisi Mudik 2024

“Waktu itu istrinya ikut antre hingga Duta turun mobil dan berkomentar tuku tela we suwe. Karena dulu antrean memang bisa sampai 30 orang,” ujar Ariyo saat ditemui Solopos.com di Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Selasa (26/10/2021).

Sukses membuka outlet di Jogja, Ariyo lantas mengembangkan usahanya dengan membuka outlet di berbagai daerah. Kini dia memiliki outlet di Jabodetabek, Jawa Timur, Jogja, serta Klaten. Di Jabodetabek dan Klaten, Ariyo masing-masing memiliki empat outlet Singkong Keju Meletus.

Tak hanya satu produk olahan, di tangan Ariyo, singkong bisa menjadi berbagai produk olahan lainnya. Seperti singkong krez, singkong ekonomis, gethuk, hingga tela-tela. Yang terbaru, Ariyo membikin produk olahan singkong frozen food yang justru laris manis di kala masa pandemi Covid-19.

Baca Juga: Positif Covid-19, Pengantin Asal Klaten Malam Pertama di Tempat Isoter

Disinggung omzet yang dia peroleh, Ariyo mengatakan bervariasi. Namun, rata-rata per bulan usaha olahan singkongnya bisa beromzet Rp200 juta.

Ariyo memulai usaha olahan singkong ketika masih kuliah di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada 2006. Dia membuka outlet di depan Kampus UGM.

Ketika Ariyo mula membuka usaha, Gunung Merapi mengalami erupsi. Hal itulah yang mengilhami Ariyo memberi nama usaha yang baru dia rintis dengan nama meletus.

Baca Juga: Apel Siaga Bencana, Bupati Boyolali Waspadai Bencana Alam dan Covid-19

Ariyo memilih singkong menjadi olahan makanan yang nikmat didasari harga singkong yang kala itu terlampau murah. Melalui olahan tersebut, Ariyo bertekad bisa menaikkan harga jual singkong hingga meningkatkan kesejahteraan petani. Awalnya harga singkong Rp500 per kg kini bisa mencapai Rp3.000 per kg.

“Di sekitar tempat tinggal saya saat itu singkong sangat murah dan hanya digunakan untuk pakan ternak. Oleh karena itu kami ingin mencoba agar harga singkong ini bisa meningkat,” kata Ariyo.

Baca Juga: Gelap Gulita saat Malam, Jembatan Nambangan Wonogiri Butuh Penerangan

 

Proses Produksi

Terkait proses produksi, Ariyo menjelaskan produksi dilakukan di daerah asalnya yakni Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom. Dalam sehari, Ariyo membutuhkan 1 ton singkong untuk diolah menjadi berbagai produk. Jenis singkong yang dia gunakan yakni singkong cemani.

Pada proses produksi tersebut, Ariyo melibatkan ibu rumah tangga di sekitar tempat produksi. Setidaknya ada 10 ibu yang terlibat pada proses tersebut. Ariyo juga memberdayakan para petani untuk bekerja sama menyediakan bahan baku singkong dan dia beli dengan harga tinggi. “Sampai saat ini untuk bahan baku saya tidak terkendala,” jelas dia.

Proses pengolahan yang dia lakukan masih secara tradisional. Ariyo memilih tak menggunakan elpiji untuk bahan bakar melainkan kayu bakar. Sumber kayu bakar dia manfaatkan dari kayu singkong yang dia panen.

Baca Juga: Bawa Rp650 Miliar, Tim Pembebasan Tol Solo-Jogja Datangi Ngawen Klaten

Tak hanya mengolah singkong menjadi produk olahan, Ariyo juga mengembangkan pertanian terintegrasi. Kulit singkong dia olah dan manfaatkan untuk pakan ternak milik Ariyo berupa sapi dan kambing.

Sementara, kotoran ternak diolah menjadi pupuk yang kemudian digunakan untuk menyuburkan tanaman singkong. “Kami memang ingin mengembangkan eco farming dan busines suistanable agriculture,” kata dia.

Ariyo mengatakan bakal terus mengembangkan usahanya. Tak hanya itu, dia bertekad bisa ikut mengembangkan tanah kelahirannya di Desa Mranggen.

Baca Juga: Ekskavator Beroperasi di Rawa Jombor, Petani Mulai Bongkar Karamba



Dia berharap bisa ikut terlibat dalam proses mengembangkan dan menaikkan omzet ekonomi desa dari pemuda desa.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya