SOLOPOS.COM - JEJAK SEJARAH -- Sejumlah peninggalan masa awal penyebaran Islam di Karangpandan, Karanganyar, masih bisa ditemukan di Dusun Sintru, Desa Doplang, Karangpandan. (JIBI/SOLOPOS/Indah Septiyaning Wardani)

Mungkin belum banyak orang yang tahu bahwa Dusun Sintru, Desa Doplang, Karangpandan, ternyata menjadi tempat strategis bagi penyebaran agama Islam di Karanganyar. Jejaknya terlihat di bagian tengah wilayah Dusun Sintru, tak jauh dari Balaidesa Doplang. Di tempat itu  terdapat beberapa situs bangunan yang menjadi saksi sejarah perkembangan Islam di daerah Karangpandan. Masyarakat menyebut ajaran Islam telah berkembang di wilayah  ini dan Karanganyar bagian timur pada awal 1800-an.

JEJAK SEJARAH -- Sejumlah peninggalan masa awal penyebaran Islam di Karangpandan, Karanganyar, masih bisa ditemukan di Dusun Sintru, Desa Doplang, Karangpandan. (JIBI/SOLOPOS/Indah Septiyaning Wardani)

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bangunan itu adalah makam Hasan Tafsir, prasasti Kiai Imam Mubarok, payung terbuat dari batu yang digunakan sebagai pelindung panas pada masa lalu dan menyerupai bentuk bagian sumur serta Masjid Nurul Huda, masjid pertama yang berdiri di kawasan Karangpandan. Masjid ini diperkirakan dibangun pada 1800-an oleh para penyebar Islam generasi pertama. Bangunan masjid yang sederhana ini awalnya terbuat dari bambu, didirikan tak jauh dari makam dan prasasti  Kiai Imam Mubarok. Seiring perjalanan waktu, masjid ini mengalami pemugaran dan pemindahan sebanyak tiga kali.

Di masjid itu masih tersimpan sejumlah buku di antaranya catatan perjalanan Islam, ajaran agama serta ilmu pengobatan. Buku-buku ini memakai huruf Arab Jawa. “Hingga kini buku peninggalan dan berisikan catatan perjalanan Islam di tahun 1800-an ini masih terus dipelajari oleh sejumlah santri-santri dari sebuah ponpes di Ngawi,” ujar tokoh masyarakat setempat, Parsono Agus Waluyo.

Dia menuturkan ajaran agama Islam di daerah ini kali pertama disebarkan oleh Hasan Istad pada 1800-an kemudian diteruskan oleh generasi kedua yakni Kiai Imam Mubarok dan ahli tafsir Syech Hasan Tafsir. Makam penyebar ajaran Islam pertama terletak tak jauh dari situs yang masih menjadi saksi perjalanan perkembangan Islam di Karangpandan. Makam ini pun tetap diziarahi warga. Namun, warga yang memiliki syirik di makam Syech Hasan Tafsir,  dapat dipastikan akan mendapatkan celaka. “Ini pernah terjadi beberapa tahun lalu, ada warga yang berniat tidak baik ketika berdoa di depan makam,” tuturnya.

Dia menuturkan Islam di daerah ini berkembang pada 1800-an hingga 1940-an. Di tempat itu, berdiri pondok pesantren. Sayangnya, seiring   perjalanan waktu serta kurang berperannya generasi penerus, Hasan Tafsir  maupun Imam Mubarok, peninggalan sejarah Islam di daerah itu kurang terawat dan pondok pesantren itu, pada 1950-an, sudah tak ada bekasnya. Bangunan-bangunan tersebut berganti dengan permukiman penduduk. Kini, beberapa warga maupun bekas santri pondok yang sudah menyebar di berbagai daerah, dibantu santri dari Ngawi, berusaha untuk mengumpulkan kembali catatan sejarah perjalanan Islam di daerah ini.

Indah Septiyaning Wardani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya