SOLOPOS.COM - Ilustrasi garis polisi (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/SOLOPOS)

Salman Nuryanto dan Pandawa Group berhasil menjaring dana yang diduga mencapai Rp3 triliun. Begini cara yang dia praktikkan.

Solopos.com, JAKARTA — Salman Nuryanto, bos Pandawa Group yang kini ditahan Polda Metro Jaya, menjadi sorotan. Bukan hanya karena banyaknya korban dan besarnya nilai investasi bodong yang dikelola koperasinya, tapi juga caranya meraih dana triliunan rupiah dari para nasabah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Keberhasilan pria lulusan SD tersebut menggalang dana dalam jumlah besar menjadi menjadi tanda tanya. Dalam sebuah wawancara live yang disiarkan TV One dari Polda Metro Jaya, Selasa (22/2/2017) malam, Salman menceritakan bagaimana dia mengawali bisnis pengelolaan dana sejak 2013.

“Karena saya waktu itu sering pinjam [uang] sama koperasi, akhirnya saya mendirikan sendiri. Saya minjemin [meminjamkan uang] ke pedagang. Dari Pak Haji Ridwan dipinjemin [lalu dananya saya putar],” kata dia menceritakan awal bisnis investasinya.

Sistemnya sangat sederhana. Ada orang yang memiliki dana, lalu Salman mengelolanya dengan meminjamkannya kepada sejumlah pedagang dan pemilik dana itu mendapatkan keuntungan. “Habis itu banyak yang banyak nitip, lalu enggak kebendung [pemilik dana berdatangan untuk berinvestasi], dari 2013 sampai sekarang.”

Misalnya, Rp1 juta dipinjamkan ke pedagang selama 30 hari. Dari situ, Rp100.000 di antaranya untuk dirinya sebagai uang titip modal. Lama-lama, nilai uang titipan yang datang makin besar. Bersamaan dengan itu, Salman mulai memiliki leader yang bertugas mengumpulkan dana dari masyarakat.

Leader inilah yang memperbesar jaringannya ke berbagai investor. Jadi, Salman tidak turun langsung menjaring dan meyakinkan para investor baru, melainkan melalui para leader. Mereka kemudian menyetor sejumlah uang ke Salman setiap bulan.

“Itu orang lulusan [perguruan tinggi], kalau saya kan lulusan SD, kl yang lain lulusan tinggi-tinggi, kalau ngomong bahasanya intelek,” katanya menjelaskan mengapa dia tidak menjaring langsung pemilik dana dalam jumlah besar.

“Nasabah dibawa leader dulu, baru masuk ke saya tiap bulan. Jumlah anggota berapa yang tahu leader. Kalau total Rp3 triliun, di rekening saya belum ada Rp1 triliun,” katanya.

Salman sendiri tidak tahu berapa jumlah anggota Pandawa Group sebenarnya, termasuk berapa dana yang diinvestasikan para korban. “Kalau ditanya satu-satu leadernya, nanti bisa tahu.”

Menurutnya, ada 230 leader di Pandawa Group dan masing-masing memiliki downline. Itulah yang membuat jumlah penyetor dana menjadi sangat banyak dan diduga mencapai 700-an orang. Dana dalam jumlah besar tersebut sebagian dipakai untuk membayar profit ke sebagian anggota, namun juga untuk membeli aset.

“Ada yang untuk bayarin profit, ada juga buat bayar anggota, buat beli aset, rumah, tanah, mobil-mobil di berbagai daerah.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya