SOLOPOS.COM - Para siswa sekolah dasar melakukan uji coba wisata edukasi dan konservasi atau Edu-Eco Tourism di Hutan Kota Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Jumat (2/11/2022) lalu. (Istimewa/LPPM UNS Solo)

Solopos.com, SRAGENSragen memiliki objek wisata baru yang bersifat edukasi dan konservasi di hutan kota wilayah Plumbungan, Karangmalang. Wisata berbasis pemberdayaan masyarakat itu diuji coba pada akhir pekan lalu.

Wisata hutan kota berkonsep Edu-Eco Tourism ini diinisiasi oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata dan Budaya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo bekerja sama dengan PT Japfa Comfeed.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Program tersebut dilakukan bersama warga yang tergabung dalam Bank Sampah Karang Becik (Kecik) Kampung Karang, Kelurahan Plumbungan, Karangmalang, Sragen.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata dan Budaya LPPM UNS, Istijabatul Aliyah, saat dihubungi Solopos.com, Minggu (6/11/2022), mengungkapkan uji coba wisata hutan kota berkonsep Eco-Edu Tourism di Plumbungan ini merupakan tahapan keempat dalam program kerja sama UNS-Japfa.

Dia menerangkan tahap pertama dilakukan dengan penguatan kelembagaan pengelola sampah. Tahapan ini didasarkan pada pencapaian program yang sudah dicapai Japfa dengan dukungan UNS di tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga: Diluncurkan Bupati, Sragen Punya Desa Wisata Baru Berkonsep Edukasi dan Religi

PT Japfa sebelumnya sudah investasi sosial berupa pengelolaan hutan kota sebagai ruang terbuka hijau, rekreasi, edukasi, dan konservasi bernama Taman Harmoni.

“Penguatan kelembagaan dilakukan supaya Bank Sampah Kecil bisa menjadi contoh pengelolaan sampah terintegrasi berbasis komunitas. Sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) hanya 5-10%,” ujarnya.

Aplikasi Tabung Sampah

Pada tahap kedua pengembangan wisata hutan kota di Plumbungan, Sragen, ini yakni mengenalkan teknologi untuk pengembangan aplikasi tabung sampah. Aplikasi itu untuk pengelolaan sampah dengan pencatatan yang terkontrol berbasis teknologi

Istijabatul melanjutkan tahap ketiga dilakukan dengan mengembangkan konsep pengelolaan sampah terintegrasi, khusus pada sampah organik, untuk mengembangkan strategi dan mengelola kegiatan wisata.

Baca Juga: Diikuti Ratusan Warga, Begini Meriahnya Kirab Budaya Pasar Bahulak Sragen

Dia mengatakan pada tahapan ini masyarakat mampu mengenali potensi dasar mereka kemudian mampu mengemas potensi tu menjadi daya tarik dalam pengemabnagan wisata lokal, nasional, dan internasional.

“Tahapan keempat ini berupa uji coba Eco-Edu Tourim, dengan membuat paket-paket wisata untuk uji coba ke pasar wisatawan Soloraya. Sasarannya dimulai dari siswa sekolah hingga keluarga,” ujarnya.

Dia mengatakan masing-masing pihak yang terlibat berperan. UNS, misalnya, memberikan kajian dalam pengembangan wisata hutan kota di Plumbungan, Sragen, dan pengembangan konsep Edu-Eco Tourism yang bermanfaat dan berdampak mendukung social license to operate (SLO) dari Japfa.

“UNS juga berperan memfasilitasi, melatih, dan mendampingi kelompok dalam pengembangan dan implementasi wisata edukasi dan konservasi di Hutan Kota JAPFA Sragen Harmoni Hijau,” katanya.

Baca Juga: Uniknya Objek Wisata Gunungsono Miri Sragen, Punya Rumah Pohon dengan Latar WKO

Keragaman Hayati

Dia mengatakan kerjasama UNS dengan Japfa dimulai 2019 lalu, yakni lewat pemetaan potensi dan keragaman hayati di Hutan Kota Plumbungan. Dia menyebut dari hasil pemetaan ditemukan ada lebih dari 59 jenis tanaman, dan 15 tanaman di antaranya belum teridentifikasi nama dan manfaatnya.

Pemetaan keanekaragaman hayati itu juga mendukung pemetaan permasalahan sosial dan permasalahan sampah. Awalnya Hutan Kota Plumbungan menjadi area pembuangan sampah tersembunyi. Di sisi lain, saat malam hari juga rawan tindakan kejahatan.

“Ternyata sampah itu muncul dari masyarakat sekitar. Japfa melakukan studi timbunan sampah dan hasilnya menunjukkan 40% sampah merupakan sampah anorganik dan sisanya organik. Konsep RTH itu bisa menjadi Ecu-Eco Tourism dan pada 2020 mendapatkan persetujuan Bupati Sragen,” ujarnya.

Baca Juga: 2 Tahun Berjalan, Ini Sederet Pekerjaan Rumah Pasar Bahulak di Karungan Sragen

Dia melanjutkan Japfa kemudian menginisiasi lahirnya Bank Sampah kecil yang menjadi ujung tombak untuk memastikan hutan kota tidak menjadi tempat pembuangan sampah tersembunyi.

Pada 2020 itu juga, Bank Sampah Kecil dipercaya untuk mengelola hutan kota. “Pada 2021 ada pandemi Covid-19. Pada 2022, hitan kota kembali menggeliat. Saat itu lah, uji coba Eco-Edu Tourism dilakukan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya