SOLOPOS.COM - Sunarni, pedagang tahu tempe di Pasar Boyolali melayani pembeli, Rabu (12/1/2022). (Solopos-Ni`matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Sejumlah pedagang di Pasar Boyolali mengeluhkan ukuran tempe dan tahu semakin mengecil meski harga tak naik. Pedagang tempe dan tahu mengatakan ukuran yang semakin mini imbas kenaikan harga kedelai di tingkat produsen.

Pedagang tahu tempe di Pasar Boyolali, Suwarto, mengatakan ukuran yang diperkecil berasal dari pabrik. “Ini harga kedelai naik, memang harganya tidak dinaikkan tapi ukuran tahu dan tempenya yang diperkecil oleh pabriknya,” ungkap Suwarto kepada Solopos.com saat ditemui di lapaknya pada Rabu (12/1/2022).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Suwarto mengaku pembelian di lapaknya juga makin sepi. “Ini pembeli makin sepi, mungkin karena barang-barang lain makin mahal. Biasanya sehari itu biasanya 30 tempe itu habis, sekarang 15 aja kadang nggak habis,” kata Suwarto.

Baca juga: DIPA Naik Rp8 Miliar, Kapolres Boyolali Targetkan Raih Predikat WBBM

Lebih lanjut, Suwarto berharap harga kedelai dapat pulih seperti dulu lagi,. “Kalau pulih gitu kan nanti bisa kembali besar ukuran tempe dan tahunya,” harapnya.

Situasi yang sama juga dihadapi pedagang tahu dan tempe lainnya di Pasar Boyolali, Sunarni. Ia mengatakan ukuran tempe dan tahu yang dijual di lapaknya juga makin mengecil. “Ini tahunya mengecil, kalau tempenya ada yang makin pendek, ada yang panjangnya tetap tapi lebarnya dikecilin,” ungkapnya.

Prihatin dengan Penjual Gorengan

Sunarni mengatakan harga tempe di lapaknya memang tidak naik, tapi harga tahu sedikit dinaikkan.

“Ini kalau tempe tetap harganya, hanya saja ukurannya makin kecil. Untuk tahu putih itu ada kenaikan, per ember naik Rp6.000-Rp8.000 dari pabriknya. Ya harga kedelai makin naik, sih. Jadi untuk tahu putih saya naikkan sedikit, per bijinya Rp50,” ungkap Sunarni.

Baca juga: Harga Lentho dan Gorengan di Boyolali Naik Gegara Minyak Goreng Mahal

Untuk tahu kempong, Sunarni mengaku sambatan karena ia menjual tahu kempong tanpa mengambil keuntungan. Ia mengaku merasa prihatin dengan para penjual gorengan jika ia menaikkan harga tahu yang dijualnya.

“Harga tahu kempong saya jual Rp400 sebelum dan sesudah naik, saya jualnya sama. Soalnya kasihan langganan warung mi ayam dan warung makan, mereka jual Cuma Rp500, wong mereka jual Rp500 saja juga sulit, masa mau saya naikkan? Ditambah ini harga minyak juga naik, kasihan kan penjual gorengan,” kata Sunarni.

Sunarni berharap harga minyak dan kedelai dapat turun dan stabil. Ia merasa seperti orang yang gotong royong daripada berjualan.

“Harapan saya harga minyak dan kedelai turun. Biar nanti jualnya normal seperti dulu, ada untungnya. Bukan sambatan seperti sekarang,” tutup Sunarni.

Baca juga: Produsen Abon Boyolali Belum Naikkan Harga Meski Minyak Goreng Mahal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya