SOLOPOS.COM - Seorang petani tembakau asal Trucuk, Juwandi, saat mengecek bibit tanaman tembakau di daerahnya, Rabu (23/6/2021). Sejumlah petani tembakau di Klaten dilanda kegalauan karena cuaca yang tak menentu akhir-akhir ini. Hal itu berpotensi mengakibatkan gagal panen di waktu mendatang. (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN – Sejumlah petani tembakau di Klaten dilanda kegalauan. Cuaca yang tak menentu mengakibatkan tanaman tembakau tak tumbuh secara optimal.

Salah seorang petani tembakau asal Trucuk, Klaten, Juwandi, 53, mengatakan cuaca saat ini sulit ditebak. Memasuki bulan Juni, kondisi cuaca di kawasan Trucuk masih sering dilanda hujan deras. Masih tingginya frekuensi hujan mengakibatkan tanaman tembakau tak tumbuh secara optimal. Di sisi lain, daun tembakau menjadi mudah layu.

Promosi Meraih Keberkahan Bulan Syawal, Pegadaian Ajak Masyarakat Umrah Akbar Bersama

Baca Juga: Solusi Atasi Sampah, PLN Beli Listrik dari PLTSa Terbesar Se-Jateng di Solo

“Cuaca sulit diprediksi. Musim kemarau diprediksi baru datang akhir Juni mendatang. Padahal saya sudah mulai tanam sejak pertengahan Mei lalu,” kata Juwandi, saat ditemui wartawan di Trucuk, Klaten, Rabu (23/6/2021).

“Berhubung masih sering dilanda hujan deras, tanaman tembakau saya tak optimal. Daunnya jadi layu. Kalau hujan deras selama berjam-jam masih terus terjadi, potensi gagal panen di depan mata,” imbuhnya.

Juwandi mengatakan biaya produksi menanam tembakau jenis dark fire cured (DFC) senilai Rp50-an juta per hektare. Saat ini, tanaman tembakau yang sudah ditanam sudah berusia 25 hari.

“Pranata mangsa di sini memang sudah berubah. Sepengetahuan saya sejak tahun 2005 sudah mulai berubah. Kalau kondisi masih hujan terus seperti ini, sangat susah bagi petani tembakau,” katanya.

Juwandi mengatakan satu-satunya cara menghadapi cuaca yang tak menentu, dirinya harus menyulami tanaman yang dinilai sudah tak optimal. Konsekuensinya, biaya produksi tembakau menjadi membengkak. Di samping itu, waktu panen tembakau menjadi molor.

Baca Juga: Pegawainya Terpapar Covid-19, Kantor Imigrasi Madiun Dilockdown

“Mestinya, saya sudah panen saat pertengahan Agustus mendatang. Berhubung kondisinya seperti ini, masa panen saya juga mundur. Jika memang nanti terjadi gagal panen, kami berharap ada perhatian dari pemerintah. Setidaknya, bisa mengoptimalka dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) untuk petani tembakau,” katanya.

Hal senada dijelaskan petani tembakau lainnya asal Manisrenggo, Klaten, Marjono. Kondisi cuaca yang masih dilanda hujan mengakibatkan petani tembakau di wilayahnya menahan diri menanam tembakau jenis rajangan. “Saat ini, masih sering hujan. Tak banyak yang berminat menanam tembakau,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya