SOLOPOS.COM - Tiga perempuan muda berswafoto di pinggir aliran lahar di lereng Gunung Semeru. (Istimewa/Tim SAR)

Solopos.com, LUMAJANG — Bupati Lumajang, Jawa Timur, Thoriqul Haq beberapa hari lalu marah besar karena lokasi bencana di lereng Gunung Semeru menjadi tempat selfi warga pendatang.

Selain kondisi itu membahayakan pelaku selfi, perilaku berfoto-foto ria itu juga menyakiti hati masyarakat sekitar lereng gunung yang sedang berduka akibat puluhan keluarga dan kerabat mereka meninggal dunia.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Solopos.com mendapat kiriman video selfi-selfi wisatawan bencana dari sukarelawan tim SAR yang berada di lokasi musibah. Video itu diduga direkam oleh tim SAR yang tengah berkegiatan mencari jenazah korban meninggal.

Hingga Minggu (12/12/2021), warga lereng Gunung Semeru yang meninggal dunia akibat terkena awan panas sebanyak 46 orang.

Lokasi diperkirakan di sungai aliran lahar yang berada di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang.

Terlihat tujuh orang yang mayoritas perempuan tengah berpose dengan latar belakang lahar yang masih mengeluarkan asap tebal berwarna putih.

Layaknya di lokasi wisata, beberapa perempuan muda dengan pakaian rapi berpose dengan berbagai gaya. Mereka bergantian mengambil gambar seolah-olah bukan di lokasi bencana.

Baca Juga: Lokasi Bencana Jadi Ajang Selfi, Bupati Lumajang Murka 

Arek wedok-wedok iki marai dadi meler, padakna tempat wisata iki. Aku malah ngliput iki. Lha iki tunggale. Duh pie iki (Cewek-cewek ini bikin lambat, disamakan tempat wisata. Aku malah meliput ini. Lha ini teman-temannya. Duh gimana ini),” ujar suara di video yang diduga kuat anggota tim SAR.

Gambar lantas beralih ke sudut lain yang memperlihatkan empat orang terdiri atas tiga perempuan dan satu laki-laki yang berjalan di pinggir aliran lahar. Mereka juga berfoto-foto dengan berbagai gaya.

Komandan Search And Rescue (SRU) 2 Triyanto membenarkan lokasi bencana yang menjadi lokasinya bertugas didatangi wisatawan bencana.

Mereka kebanyakan pemuda dan pemudi yang khusus datang untuk berswafoto.

“Jelas mereka bukan untuk membantu evakuasi. Pakaian mereka seperti orang berwisata. Sayang HP saya habis baterai jadi tidak memfoto atau memvideo mereka. Saya meneriaki mereka untuk turun,” ujarnya melalui telepon, Minggu.

selfi di lokasi bencana
Seorang pria dan dua perempuan berada di pinggir aliran lahar lereng Semeru untuk berfoto. (Istimewa/Tim SAR)

Sebelumnya, Bupati Lumajang, Jawa Timur, Thoriqul Haq marah besar atas perilaku sebagian pendatang yang berfoto-foto di lokasi bencana.

Kemarahan pria yang akrab disapa Cak Thoriq ini terlihat saat meninjau proses evakuasi korban dan pembersihan material vulkanik di rumah-rumah warga di Dusun Sumbersari, Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kamis (9/12/2021).

Dia melihat banyaknya orang yang tak berkepentingan yang membuat macet akses jalan evakuasi dari zona bencana.

“Soal yang ingin foto-foto itu, jeprat-jepret, foto-foto, sudah. Bukan waktunya sekarang, ini bukan tontonan, bukan tempat pariwisata,” ucap Thoriqul Haq, kepada awak media di Lapangan Desa Supit Urang, Candipuro.

Cak Thoriq dengan tegas meminta agar warga yang tak berkepentingan untuk tidak masuk ke lokasi bencana.

Fokus Evakuasi

Selain karena membahayakan, perilaku selfi bisa menghambat proses evakuasi bila sewaktu-waktu erupsi Gunung Semeru kembali terjadi.

“Fokusnya ini evakuasi dulu, waktunya sepekan sejak hari H dan sekarang fokus ke evakuasi. Karena itu, ketika banyak kendaraan yang mau ke arah titik nol bencana, ini yang saya berharap itu tidak terjadi,” tuturnya seperti dikutip Okezone.

“Banyak orang yang ke sana (ke titik bencana) itu kendalanya, termasuk mobil-mobil yang ke atas itu yang membuat masalah,” tambahnya.

Cak Thoriq meminta masyarakat yang ingin menyerahkan bantuan bisa didistribusikan ke posko-posko pengungsian. Mengingat sudah ada banyak posko pengungsian yang disiagakan di sepanjang Jalan Raya Pronojiwo.

“Ya kita ini mengharap dengan segala hormat, sudahlah ini banyak posko. Di sana ada posko desa, di sini ada posko teman-teman. Mereka punya kendaraan untuk angkut ke sana. Nah kalau untuk pembagian untuk angkut ke sananya sesuai posko masing-masing kan bagus. Kalau semua ke sana satu pikap yang ke sana 10 orang ya itu yang membuat semuanya rusak, ruwet yang membuat ruwet,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya