SOLOPOS.COM - Petugas dari pengawas makanan dan obat Dinas Kesehatan Klaten mengecek kandungan zat yang ada pada sampel makanan di pasar darurat, Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Kamis (6/5/2021). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Tim gabungan meminta warga lebih jeli ketika membeli makanan atau kebutuhan pokok. Pasalnya, dari hasil pengujian sampel makanan di beberapa lokasi, ada makanan yang mengandung zat kimia berbahaya seperti formalin dan boraks.

Pengecekan itu dilakukan tim gabungan terdiri dari petugas Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM (Disdsgkop dan UKM), Satpol PP, serta Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP). Pengecekan dilakukan ke pasar darurat Pasar Tiga Lantai Klaten di Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara serta Pasar Srago, Kelurahan Mojayan, Kecamatan Klaten Tengah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tim mengambil sampel bahan makanan di pasar untuk memastikan ada atau tidaknya kandungan bahan kimia berbahaya. Ada empat bahan kimia berbahaya yang kerap ditemukan dalam makanan yakni formalin, boraks, rodamin, dan metanil yellow atau bahan pewarna tekstil.

Baca Juga: UNS Jalin Kerja Sama dengan Kedubes Indonesia untuk Afghanistan

Kabid Sumber Daya Kesehatan Dinkes Klaten, Nurcholis Arif Budiman, mengatakan di pasar darurat tim mengambil 10 sampel yang diuji petugas pengawas obat dan makanan Dinkes Klaten. Sampel itu seperti ikan teri nasi, ikan layur, dodol, mi basah, wajik kletik, kolangkaling, cendol, tahu kuning, kerupuk, serta bandeng presto.

Dari 10 sampel makanan itu, ikan teri nasi dan layur yang diuji mengandung formalin. Sementara sampel lainnya dipastikan bebas dari zat berbahaya. "Selanjutnya kami edukasi pedagang. Kalau mau menelusuri lebih lanjut juga sulit karena pedagang juga hanya kulakan," kata Nurcholis.

Nurcholis mengatakan untuk antisipasi zat formalin bisa dihilangkan dengan cara direndam air. "Kalau direndam menggunakan air garam selama 5 menit dari hasil penelitian di Surabaya bisa menghilangkan kadar formalin sampai 98 persen. Sementara kalau menggunakan air biasa direndam selama sejam bisa menghilangkan 61 persen kadar formalin," ungkap dia.

Nurcholis menjelaskan formalin merupakan zat yang biasa digunakan untuk pengawet mayat. Dampak formalin yang masuk ke dalam tubuh dirasakan dalam jangka panjang. Sementara, efek jangka pendek yang bisa dirasakan seperti mual dan diare. “Dampaknya akan terasa pada jangka waktu lama bisa menyebabkan kanker, jantung, dan syaraf. Temuan seperti ini banyak terjadi di kabupaten lain,” ujar dia.

Tim gabungan juga menggelar pengujian sampel makanan di Pasar Srago. Hasilnya, ada temuan kerupuk yang mengandung zat rhodamin B atau zat pewarna. “Kami sudah mengedukasi kepada pedagang untuk dikembalikan ke pemasok,” kata Nurcholis.

Makanan Kadaluwarsa

Disinggung temuan makanan kadaluwarsa, Nurcholis menjelaskan tidak ada temuan. Hanya saja, petugas menemukan satu jenis kecap yang dijual dengan masa kedaluwarsa habis pada Kamis. "Kami minta untuk tidak dijual belikan," kata dia.

Nurcholis mengimbau warga lebih teliti ketika membeli barang kebutuhan pokok. Warga diwanti-wanti untuk mengecek tanggal kedaluwarsa pada kemasan makanan. Selain itu, warga juga diimbau untuk mengenali ciri-ciri makanan yang dicampur zat berbahaya.

“Hindari makanan yang menggunakan zat pewarna buatan dengan ciri-ciri warnanya sangat menyolok. Kemudian hindari makanan yang menggunakan pengawet berbahaya. Misalkan pada tahu yang dicampur borak biasanya sangat kenyal. Kemudian kalau ikan atau daging yang menggunakan borak akan terlihat tidak dihinggapi lalat,” jelas dia.

Kasi Pengembangan Usaha Peternakan dan Kesehatan Veteriner DPKPP Klaten, Tri Yanto, mengatakan daging yang dijual pedagang layak konsumsi. Dari lima pedagang, petugas tak menemukan daging ayam maupun sapi yang dijual pedagang tak layak konsumsi. Pengecekan kualitas daging menggunakan pH meter.

"Daging yang bagus itu standar pH-nya di bawah 6. Dari pengecekan ini rata-rata nilai pH pada kisaran 5. Jadi kualitas dagingnya layak," ungkap Tri Yanto.

Baca Juga: Buah Tol Trans Jawa Bernama Rebana Metropolitan

Menjelang momen Lebaran seperti saat ini, petugas kerap menemukan daging sapi dan ayam rendaman. Kondisi itu bisa diketahui ketika daging digantung atau terlihat dari tekstur daging. "Kalau daging rendaman itu bisa diketahui ketika digantung akan keluar air banyak. Kalau daging ayam bisa terlihat dari warna kulit putih pucat dan tentu keluar air banyak," kata Tri Yanto.

Salah satu pedagang daging sapi, Heri, 46, mengatakan untuk mengecek kualitas daging bisa dilihat dari tekstur daging. “Jika warna daging merah dan berminyak serta tidak berair itu kualitas dagingnya bagus,” kata Heri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya