SOLOPOS.COM - Kades Madu, Mojosongo, Boyolali, Tri Haryadi, mengecek sapi milik Triyanto, Selasa (14/6/2022).(Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Sebanyak 80 persen ternak sapi di Desa Madu, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, memiliki gejala mirip penyakit mulut dan kuku atau PMK. Jumlah sapi mengalami gejala PMK tersebut mencapai 700 – 800an ekor dari total 1.000 sapi di desa tersebut.

Namun sapi-sapi tersebut belum dites untuk memastikan apakah positif terkena PMK atau tidak. Ihwal dugaan penyebaran PMK pada ternak sapi di Desa Madu tersebut disampaikan oleh Kepala Desa Madu, Tri Haryadi, saat dijumpai wartawan di salah satu kandang warganya pada Selasa (14/6/2022).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Jumlah ternak yang mati ada satu pedet [anak sapi], itu mungkin karena imunitasnya masih rendah. Kami semua mengalami kesusahan dan kesedihan karena [ada gejala] penyakit mulut dan kuku pada ternak sapi di desa kami,” jelasnya.

Berdasarkan pantauan Solopos.com di dua kandang peternak di Madu, Selasa, sejumlah sapi menunjukkan gejala di antaranya berliur, luka di sekitar kaki dan mulut. Mengutip informasi pada laman ditjenpkh.pertanian.go.id, PMK bisa dikenali lewat sejumlah gejala, yakni ditemukan lepuh yang berisi cairan atau luka yang terdapat pada lidah, gusi, hidung, dan kuku hewan; hewan tak mampu berjalan atau pincang; air liur berlebihan; serta hilang nafsu makan.

Lebih lanjut, Tri Haryadi, mengatakan penanganan yang telah dilakukan Pemerintah Desa (Pemdes) Madu adalah melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat atau warga desa Madu tentang pencegahan PMK seperti pembersihan kandang secara rutin.

Lebih lanjut, Tri Haryadi mengungkapkan tak hanya pembersihan kandang, tapi juga penyemprotan disinfektan dan mengimbau peternak untuk tidak pergi ke kandang peternak lain.

Baca juga: Pasar Hewan Ditutup Gegara PMK, Begini Nasib Bakul Sapi Boyolali

Saat disinggung mengenai produksi susu sapi di desanya, Tri Haryadi mengungkapkan terjadi penurunan drastis. “Sebelum PMK, secara kumulatif dulu sehari itu bisa 500 liter. Kalau sekarang produksi susu turun drastis jadi sekitar 100 – 150 liter susu sapi per hari,” kata dia.

Ia mengungkapkan lalu lintas ternak di desanya juga berhenti semenjak PMK melanda desa tersebut. Terlebih ketika pasar hewan ditutup, mayoritas penduduknya yang sering berjualan dan membeli sapi di pasar hewan tersebut seketika berhenti.

“Penjual ini susahnya bukan main. Butuh uang yang diandalkan hanya tabungan sapi tapi tidak bisa menjual,” kata dia. Tri Haryadi bahkan mengungkapkan ada beberapa peternak yang harus tombok untuk menghidupi sapi.

Baca juga: PMK Merebak, Peternak Sambat Produksi Susu Sapi Boyolali Turun Drastis

“Harapannya kami dari Disnakkan menindaklanjuti tentang PMK di desa kami, jadi pengobatan gratis dan bisa dilayani dari semua sapi,” kata dia.

Sementara itu, salah satu peternak asal Desa Madu, Triyanto, mengungkapkan kini semua sapinya mengalami gejala penyakit mulut dan kuku. Untuk penanganannya, ia mengungkapkan menangani sendiri dan mengundang dokter hewan untuk menyuntikkan obat ke sapinya.

Sekali mengundang dokter hewan untuk menyuntik sapinya yang sempat parah, ia merogoh kocek sebesar Rp150.000 per ekor sapi. “Saya ada 10 sapi, tapi kemarin yang agak parah ada tiga. Untuk Disnakkan [Dinas Peternakan dan Perikanan] baru datang sekali. Mungkin karena suspek yang di Boyolali kan banyak,” kata dia.

Baca juga: Sapi yang Baru Sembuh dari PMK Jangan Makan Banyak, Ini Alasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya