SOLOPOS.COM - Kondisi salah satu ruang kelas SDN 3 Patihan, Sidoharjo, Sragen, yang ambruk. Sementara dua siswa Kelas I mengikuti ujian tengah semester di emperan musala sekolah setempat, Senin (13/9/2021). (Solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN — Atap bangunan SDN 3 Patihan, Sidoharjo, Sragen, ambruk sejak sepekan terakhir. Akibatnya, siswa Kelas I terpaksa belajar di emperan musala. Sementara siswa lainnya bergantian menggunakan ruang kelas.

Pantauan Solopos.com, Senin (13/9/2021), sejumlah pekerja simbuk membersihkan puing-puing atap bangunan yang ambruk. Atap Ruang Kelas II dan III sudah sudah rusak berat. Sementara Ruang Kelas I dan IV juga nyaris ambruk. Hal itu terlihat dari permukaan atap yang sudah melengkung. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, rencananya dua atap Ruang Kelas I dan IV bakal dirobohkan sekalian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Atap dua ruang kelas itu ambruk pada 5 September 2021 pukul 14.15 WIB. Itu bertepatan hari Minggu sehingga kondisi sekolah sepi. Menurut warga sekitar, suara ambruknya dua atap itu seperti lindu,” papar Plt. Kepala SDN 3 Patihan, Sri Sukamti, saat ditemui Solopos.com di lokasi.

Baca juga: Ketemu Joko Widodo di Klaten, Presiden Jokowi Tertawa, Begini Ceritanya!

Ekspedisi Mudik 2024

SDN 3 Patihan merupakan bekas SD Inpres yang dibangun pada 1975. Kali terakhir, bangunan sekolah yang atapnya ambruk itu diperbaiki sekitar 2014. Akan tetapi, perbaikan atap saat itu hanya bersifat parsial. Sebagian usuk yang sudah rusak diganti baru, sementara usuk yang masih baik dipertahankan.

Kerusakan atap itu sudah terlihat lebih dari setahun terakhir, tepatnya saat ruang kelas tidak terpakai setelah terjadi pandemi Covid-19.

“Sejak diberlakukan PTM [pembelajaran tatap muka] terbatas, dua ruang kelas itu sudah tidak dipakai. Kayu atap ruang kelas sudah lapuk. Kalau dilihat dari luar permukaan atap melengkung. Kalau dari dalam ruang kelas tidak terlihat. Banyak kotoran kutu rangas yang memakan kayu,” ujar Sri Sukamti.

Baca juga: Hiiii… Ada 2 Sosok Misterius di Balik Asale Dusun Tandon di Selogiri Wonogiri

Sebulan sebelum atap dua ruang kelas itu ambruk, Sri Sukamti sebetulnya sudah ajukan proposal rehab ruang kelas ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen. Akan tetapi, dari Bidang Sarpras belum bisa menindaklanjuti pengajuan proposal rehab ruang kelas itu karena anggaran ditentukan oleh pemerintah pusat.

“Jumlah siswa hanya 28 anak. Satu siswa belum masuk dapodik karena daftarnya terlambat sehingga dia belum dapat BOS. Karena jumlah siswa sedikit, usulan rehab ruang kelas bisa tidak dilaksanakan oleh Bidang Sarpras. Sebagai ganti, rencananya pada tahun depan, SD ini akan digabung dengan SDN 1 Patihan, tempat saya menjabat kepala sekolah secara definitif. Jaraknya kurang dari 1 km dari sini,” jelas Sri Sukamti.

Baca juga: Pasutri Solo Beli Monstera King Rp225 Juta dari Petani di Lereng Gunung Lawu: Perjuangannya Berat

Setelah dua atap ruang kelas ambruk dan atap dua ruang kelasnya lain mau dirobohkan, praktis hanya ada dua ruang kelas tersisa. Dua ruang kelas dan satu musala terpaksa dipakai secara bergantian. Khusus untuk Kelas I-III masuk pagi dari pukul 07.00 WIB-09.00 WIB. Sementata Kelas IV-VI masuk pukul 09.30-11.30 WIB.

“Saat ini, emperan musala dipakai oleh siswa Kelas I. Kebetulan Kelas I hanya ada dua siswa. Sekarang mereka tengah mengerjakan soal ujian tengah semester,” jelas Qosim, guru Pendidikan Agama Islam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya