SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan. (Solopos)

Solopos.com, SRAGEN -- Sebanyak 80 dukuh di Sragen mulai dilanda kekeringan. Jumlah itu merupakan 32,13 persen dari total 249 dukuh yang termasuk rawan kekeringan di kabupaten itu pada 2019.

Data tersebut berdasarkan hasil pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen per Senin (10/8/2020). BPBD memprediksi pada awal September krisis air bersih mencapai puncaknya, yakni melanda 249 dukuh yang tersebar di tujuh kecamatan dan 43 desa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebelumnya, BPBD Sragen menerjunkan 14 personel untuk survei lokasi daerah rawan krisis air bersih berdasarkan database bencana kekeringan 2019. Belasan personel itu juga memetakan potensi krisis air bersih dan memproyeksikan kecukupun air bersih tersebut bertahan.

Mantap! 12 Pendekar Lembah Lawu Deklarasi Jaga Kamtibmas di Karanganyar

Kepala Pelaksana BPBD Sragen, Sugeng Priyono, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (11/8/2020), di Mondokan, Sragen, memastikan hasil pemetaan personelnya benar-benar riil. BPBD juga mengirimkan bantuan air bersih di wilayah Sumberlawang dan Mondokan pada Selasa siang.

Dia menyampaikan dari hasil pemetaan personel BPBD di lapangan, air bersih benar-benar dibutuhkan di 80 dukuh yang kekeringan di 23 desa di Sragen.

“Daerah-daerah lain masih ada kecukupan air tetapi hanya mampu bertahan maksimal dua pekan ke depan. Sejak Senin kemarin, BPBD sudah kirim bantuan air bersih. Selama dua pekan ke depan, bantuan air bersih dikirimkan sesuai permintaan dengan prioritas dukuh-dukuh yang benar-benar krisis air bersih. Nanti, pada awal September, kami mulai bergerak penuh dan terjadwal tanpa permintaan karena 249 dukuh di 43 desa sudah dipastikan krisis air bersih,” jelas Sugeng.

Silaturahmi Bersama Kapolresta Solo, Ini Komentar Habib Syech Soal Insiden Kerusuhan di Mertodranan

Penanganan Kekeringan Tanpa Abaikan Covid-19

Dia menambahkan mulai September BPBD bergerak masif untuk atasi kekeringan. Sugeng harus bisa menangani bencana kekeringan di Sragen yang rutin terjadi di musim kemarau.

Di sisi lain, dia tidak boleh mengesampingkan wabah Covid-19 yang juga menjadi tugasnya sebagai bagian dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Sragen.

“Ya, ini memang penanganan bencana kekeringan di tengah pandemi Covid-19. Saya harus bisa membagi personel untuk penanganan bencana kekeringan dan untuk bencana non alam, yakni wabah Covid-19,” ujarnya.

Persis Solo Surati TNI AD Agar Bek Ini Bisa Gabung Tim Lagi

Pada Selasa, BPBD mengerahkan empat mobil tangki untuk pengiriman bantuan air bersih di enam lokasi, yakni Dukuh Bungkus dan Dukuh Jarak di Desa Banyurip, Kecamatan Jenar; Dukuh Jengglong, Desa Mojopuro, Sumberlawang; Dukuh Cabe, Desa Bagor, Miri; Dukuh Bulakrejo, Desa Pare, Mondokan; dan Dukuh Ngungonrejo, Desa Ngargosari, Sumberlawang.

Seorang warga Bulaksari RT 017, Desa Pare, Mondokan, Sragen, Pranoto, 42, menyampaikan di lingkungan RT 017 ada 55 keluarga mengalami krisis air bersih karena banyak sumur warga yang mengering.

Dia menyontohkan sumurnya yang dalamnya 16 meter, airnya hanya cukup untuk mandi 2-3 orang per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya