SOLOPOS.COM - Aksi simpati untuk memperingati Hari Tuberkulosis Internasional. (JIBI/Solopos/Dok.)

DKK Solo menjalankan program Ketuk Pintu untuk menemukan penderita TB.

Solopos.com, SOLO — Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo mendeteksi sebanyak 4.514 warga di Kota Bengawan suspect tuberkulosis (TB). Hal itu merujuk hasil pemeriksaan dalam program ketuk pintu yang dijalankan DKK Solo sejak tahun lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kasus TB ibarat fenomena gunung es. Jadi kami [penderita TB] mencari sebanyak-banyaknya,” kata Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan DKK Dwi Martiyastuti dalam jumpa pers kepada wartawan di Balai Kota Solo, Kamis (22/3/2018).

Saat ini, ungkap dia, DKK terus menggencarkan pemeriksaan warga secara door to door (pintu ke pintu) untuk menemukan penderita TB. Potensi penularan penyakit TB ini sangatlah berbahaya, bahkan bisa mematikan. Penyebabnya adalah bakteri mycobacterium tuberculosis yang menyebar di udara melalui semburan air liur dari batuk atau bersin pengidap TB.

Apalagi Indonesia termasuk lima negara dengan kasus TB tertinggi didunia, selain India, Tiongkok, Nigeria dan Pakistan. Guna menekan penyebaran tersebut, DKK telah melaksanakan program ketuk pintu sejak awal Maret tahun 2017 lalu. Petugas puskemas, rumah sakit, dan tenaga medis setiap hari Jumat secara intensif mendatangi masyarakat untuk menemukan warga penderita tuberkolosis.

Program yang diberi nama ketuk pintu tuberkulosis ini menargetkan seluruh pengidap TB dapat terdeteksi dan diobati secara optimal. “Kuncinya TOSS, yaitu temukan obati sampai sembuh,” katanya.

Dokter Spesialis Paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Solo, Novita Eva, mengatakan dari 500 pasien tuberkulosis yang setiap tahunnya ditangani BBKPM, 80% di antaranya datang dalam kondisi komplikasi menyerang ke organ tubuh lain seperti ginjal, liver dan lainnya. Bahkan 10% di antaranya ditemukan mengindap penyakit HIV.

Kepala BBKPM Solo, Yudha Putra Tristanto mengatakan Kota Solo masuk sebagai daerah berisiko tinggi dalam penyebaran TB. Selain merupakan daerah padat penduduk, Solo juga merupakan daerah dengan mobilitas penduduk yang cukup tinggi.

“Banyak pasien TB yang datang terlambat memeriksakan kondisinya. Jadi datang sudah dalam kondisi batuk berdarah,” kata dia.

Padahal satu pasien TB dapat menginfeksi 10-15 orang di sekitarnya. Dengan demikian penanganan TB pun tidak hanya berhenti pada penderita TB, namun mereka yang berada di lingkungan sekitar penderita TB. Hal ini lantaran mereka dikhawatirkan juga tertular TB. “Jadi penanganannya komprehensif,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya