SOLOPOS.COM - Kepala Dinkes Kota Salatiga, Siti Zuraida (kanan), dan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Salatiga, Titi Kirnaningsih (tengah), berfoto dalam acara Bimtek Program Pendidikan Stunting, Inklusi, dan Literasi Anak Usia Dini di Gedung Korpri Salatiga, Kamis (21/11/2019). (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)

Solopos.com, SALATIGA Ribuan bayi di bawah usia tiga tahun atau balita di Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng) mengalami stunting atau kekerdilan yang diakibatkan gizi buruk.

Data Operasi Timbang 2018, tercatat ada sekitar 1.660 balita dari 10.656 balita di Kota Salatiga atau sekitar 15,58% yang mengalami stunting. Meski pun angka ini lebih kecil dari tingkat stunting di Provinsi Jateng, yakni 31,2%, hal ini tetap menjadi permasalahan serius bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga, terutama Dinas Kesehatan (Dinkes).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Dinkes Kota Salatiga, Siti Zuraida, mengaku terus berupaya melakukan penanganan terhadap balita yang mengalami stunting. Bahkan, ia mengklaim sepanjang 2019 ini telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan tingkat stunting menjadi 11,66%.

Ekspedisi Mudik 2024

“Dari hasil Aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat atau e-PPGBM pada Juli 2019, angka stunting di Salatiga mengalami penurunan menjadi 11,66%. Jadi bisa diasumsikan yang sudah tertangani sekitar 4,09%,” jelas Siti dalam acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Program Pendidikan Stunting, Inklusi, dan Literasi Anak Usia Dini di Gedung Korpri Salatiga, Kamis (21/11/2019).

Siti menambahkan data stunting merupakan data yang fluktuatif atau bisa berubah setiap waktu seiring perkembangan status gizi balita.

“Karenanya selain pendampingan dari pemerintah, perlu pola asuh yang tepat agar kasus stunting bisa terus ditekan. Mulai dari masa kehamilan, kelahiran, hingga balita. Kalau program pemerintah menyasar sejak usia remaja putri terkait pengetahuan reproduksi,” imbuhnya.

Sementara itu di Salatiga, lanjut Siti, penanganan kasus stunting dimulai dari kebijakan pemerintah melalui Peraturan Wali Kota (Perwali) Salatiga tentang Penanggulangan Stunting dan pembuatan aplikasi Sistem Informasi Monitoring Bayi Lahir Pendek.

Menurut Siti, tantangan penuntasan stunting adalah minimnya kepedulian ibu hamil, pengetahuan mengenai gizi yang masih kurang, pola asuh pemberian makanan tambahan pendamping ASI yang masih kurang, serta faktor anemia.

Ketua Tim Penggerak PKK Kota Salatiga, Titi Kirnaningsih, menyebutkan kunci utama pengentasan stunting pada ibu hamil adalah kepedulian dalam memeriksakan kesehatan.

“Periksakan kesehatan secara rutin, asupan gizi yang seimbang, serta imunisasi lengkap,” tutur istri Wali Kota Salatiga, Yuliyanto, itu.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya