SOLOPOS.COM - Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, memukul bedug sebagai rangkaian prosesi tradisi Dugderan untuk menyambut bulan puasa di Balai Kota Semarang, Kamis (31/3/2022). (semarangkota.go.id)

Solopos.com, SEMARANG — Tradisi Dugderan, yang digelar untuk menyambut bulan puasa atau Ramadan di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), tahun ini kembali digelar tanpa pawai atau arak-arakan. Dugderan pada tahun ini ditandai dengan pemukulan bedug oleh Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, di halaman Balai Kota Semarang, Kamis (31/3/2022).

Semenjak pandemi Covid-19, tradisi Dugderan di Kota Semarang memang digelar tanpa mendatangkan kerumunan massa. Tradisi yang sudah ada sejak 1882 ini, tahun ini kembali digelar secara terbatas dan tanpa arak-arakan.

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

Meski demikian, Hendi, sapaan Wali Kota Semarang, mengatakan masyarakat tetap menaruh antusias pada prosesi Dugderan. Hal ini terlihat dari banyaknya warga yang menonton secara langsung prosesi Dugderan di Balai Kota Semarang, meskipun Pemkot Semarang telah menyediakan penayangan proses secara langsung melalui kanal Youtube.

Baca juga: Meriah! Tradisi Dugderan Sambut Ramadan di Semarang Kembali Digelar

Dengan tingginya antusias warga, Hendi pun berpesan agar warga senantiasa menerapkan protokol kesehatan (prokes) selama bulan puasa atau Ramadan. “Alhamdulillah meskipun belum bisa arak-arakan di jalan tapi sudah ada kemeriahan. Sekarang yang penting tetap prokes dan kita lihat juga masyarakatnya cukup antusias,” ujar Hendi, dikutip dari laman Internet resmi Pemkot Semarang, Jumat (1/4/2022).

“Saya berharap agar masyarakat bisa menjalankan ibadah di bulan Ramadan ini dengan baik. Tarawih keliling boleh, tarawih ke tempat ibadah boleh, asal prokesnya dipastikan sudah lakukan,” imbuhnya.

Sementara itu, Hendi juga menyampaikan bahwa harus ada upaya saling menghormati dan tenggang rasa agar kegiatan selama bulan Ramadan dapat berjalan dengan baik dan kondusif. “Jadi mungkin kawan-kawan yang tidak menjalankan puasa mohon menghormati yang puasa. Serta sebaliknya orang berpuasa juga harus menghormati orang yang tidak puasa,” pesan Wali Kota Semarang.

Untuk itu lebih lanjut selama Ramadan nanti, Hendi meminta agar toleransi sesama masyarakat terus dijalankan misalnya dengan tidak melakukan sweeping ke restoran atau tempat makan di siang hari. Dirinya berpesan agar semuanya saling menghormati dan saling tenggang rasa.

Baca juga: Asal-Usul Dugderan Semarang, Tradisi 3 Etnis Sambut Ramadan

“Mudah-mudahan kegiatan selama Ramadan ini berjalan baik lancar, pasokan sembakonya juga baik sehingga harganya tidak membumbung terlalu tinggi. Jadi kami pastikan pemerintah akan menjaga hal itu,” tegas Hendi.

Sementara itu, dengan status Kota Semarang yang menerapkan PPKM Level 2, Hendi minta adanya pembatasan kapasitas dalam kegiatan ibadah di masjid yakni 75% dengan penerapan prokes ketat. Kendati demikian, Hendi menilai seharusnya Kota Semarang berstatus PPKM level 1.

“Kita tunggu saja nanti tanggal 4 April saat Instruksi Mendagri [terbaru] sudah ada. Mudah-mudahan Semarang seperti yang ada di dalam analisis kita hari ini juga masih di level 1,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya