SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Tampak dari belakang memang seperti perempuan, berbusana kebaya warna hijau lengkap dengan jarik batik dan sanggul. Begitu membalikkan badan, ternyata wajahnya berewokan.

Itulah ciri khas Ichsan Zulkarnain. Tujuh bulan belakangan, dia sengaja berdandan ala perempuan untuk menarik pengunjung restorannya di kawasan Jalan Parangtritis. Ichsan dan dandanannya biasa dijuluki Mbok Brewok. Penampilan lelaki kelahiran Jogja 1974 ini menarik, apalagi ketika mendengar suaranya yang kemayu.

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Mulanya Ichsan berniat menguris berewoknya, supaya terlihat ayu dan anggun. Namun niat itu diurungkan. Saat ditemui Harian Jogja beberapa hari lalu di area Pasar Kangen Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Ichsan malu-malu mengungkapkan alasannya.

”Dulu memang hanya sensasi untuk menarik pengunjung, tapi saya tidak puas dengan itu. Saya lebih memunculkan karakter Mbok Brewok dengan berewok saya,” jawabnya bersimpul senyum.

Mbok Brewok kini menjadi maskot Ichsan saat berjualan. Suatu ketika, temannya bernama Ambar membuatkan boneka mirip Mbok Brewok, berbentuk wayang golek yang bisa digerakkan tangan dan kepalanya. Ichsan begitu bangga. Dia tak sekali dua manggung bersama Mbok Brewok kecil dalam pentas teater maupun wayang.

Bukan kebetulan
Kiprahnya dari seorang pedagang menjadi dalang bukan kebetulan. Pada 1992 dia bergabung dengan Sanggar Anom asuhan Gentong. Sanggar tersebut dihuni sekumpulan pelajar SMA pecinta teater.

Setamat SMA, Ichsan lantas masuk Jurusan Teater Institut Seni Indonesia (ISI) pada 1998. Bersama Hanung Brahmantyo, Mohammad Marzuki, Tedy dan banyak lagi, Ichsan membentuk Sanggar Kanvas yang sempat tenar di dalam dan luar kampus.

Sayangnya, sanggar itu pecah lantaran Hanung memutuskan terjun ke dunia film di Jakarta, Marzuki fokus di musik hip hop, sementara teman lain sibuk dengan pekerjaannya. ”Saya tetap di teater, kemudian pada 2006 saya ke Jakarta,” kisah lelaki yang tidak mencukur berewoknya sejak remaja ini.

Di Kota Metropolitan, Ichsan masuk dunia film sebagai tim artistik sebuah perusahaan perfilman. “Dari menggarap artistik film, saya dapat rejeki lalu pulang ke Jogja,” lanjutnya.

Di kota kelahiran, Ichsan merajut impiannya saat masih duduk di bangku kuliah, yakni mendirikan warung makan pecel. Selang beberapa waktu, warung itu kolap. “Pecel kurang berhasil, tidak unik. Makanya saya coba ATM (amati, tiru, modifikasi), ketemulah saya dengan tokoh Mbok Brewok,” ceritanya sambil tertawa kecil.

Ichsan dengan percaya diri berfoto dengan kostum Mbok Brewok. Foto itu dipajang di depan warung berbarengan saat dia mengganti pecel dengan menu lain yakni gudeg manggar, ayam panggang, nasi brongkos, bebek goreng dan berbagai minuman tradisional.

”Kata orang-orang saya hanya cari simpati dengan dandanan saya. Tapi setelah saya membuktikan lewat permainan teater dan ndalang dengan boneka, anggapan itu mulai luntur,” ujar lelaki yang pekan lalu pentas di Titik Nol Kilometer Jogja ini.(Wartawan Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya