SOLOPOS.COM - Siswa asal Papua yang belajar di SMKN 1 Kedawung menerima SIM C dari Polres Sragen, Rabu (5/5/2021). (Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Sebanyak tujuh siswa asal Papua diangkat oleh Kapolres Sragen, AKBP Yuswanto Ardi, sebagai anak asuh. Ketujuh siswa asal Papua itu belajar di SMKN 1 Kedawung Sragen.

Pada Rabu (5/5/2021), tujuh siswa SMKN 1 Kedawung Sragen asal Papua itu menerima surat izin mengemudi (SIM) C dari Polres Sragen. Kepada tujuh siswa itu, Kapolres berpesan supaya mereka menjadikan polisi bukan sekadar teman atau sahabat, tetapi orang tua.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kalau ada apa-apa, silakan lapor ke kami sebagai orang tua sendiri. Hubungan kita sudah bapak dan anak. Jadi, kita adalah orang tua kalian di sini,” papar Kapolres.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Bantul dari Klaster Salat Tarawih Bertambah Jadi 25

Ketujuh siswa asal Papua itu sudah dua tahun tinggal di Sragen. Lima di antaranya tinggal di asrama, sementara dua lainnya indekos di rumah warga. Salah satu siswa itu adalah Metodius, 18, remaja asal Kabupaten Asmat, Papua.

Selama lebih dua tahun tinggal di Sragen, Metodius terkesan dengan sikap warga setempat yang ramah. Ia merasa tidak pernah mendapat perlakuan kasar atau rasis dari warga Sragen. “Ramah, puji Tuhan baik-baik semua. Tergantung bagaimana kita bergaul dengan mereka. Semua baik, kecuali saat bercanda,” seloroh Metodius.

Dia juga mencerikan susahnya beradaptasi dengan makanan di Sragen. Diakui Metodius, saat ini sudah bisa beradaptasi dengan kuliner lokal Sragen seperti tempe, tahu hingga sayur-sayuran.

Baca Juga: Sederet Kasus Pembunuhan Fenomenal dengan Racun, Kebanyakan Pakai Sianida

Pas awal pertama di sini agak susah cari makanan yang cocok. Saya butuh adaptasi selama beberapa bulan. Pernah saya coba makan nasi [sambal] tumpang, saya malah muntah. Mungkin karena cukup pedas, saya juga sampai sakit perut selama sepekan,” ujar Metodius kala berbincang dengan Solopos.com.

Ada kalanya ia kangen dengan sagu, ulat sagu, atau makanan serba ikan dari lautan. “Di sana ulat sagu itu makanan sehari-hari. Kalau tidak, kami biasa menyantap ikan laut bakar. Sayang di sini jauh dari lautan,” ucap Metodius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya