SOLOPOS.COM - Ribuan warga salat jenazah dr Tunjung di masjid Ponpes Isyakarima, Karanganyar, Karangpandan, Selasa (17/11/2015) malam. (jurnalislam.com)

Dr. Tunjung meninggal dunia, 17 November 2015.

Solopos.com, SOLO — Solo baru saja kehilangan salah satu tokoh terbaiknya, dokter senior ahli tulang, dr. Tunjung Soeharso. Ia meninggal di Rumah Sakit Karima Utama, Kartasura, Sukoharjo, Selasa (17/11/2015) malam sekitar pukul 19.48 WIB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jenazahnya telah dimakamkan Rabu (18/11) dinihari sekitar pukul 01.00 WIB di kompleks permakaman keluarga di Ponpes Isy Karima Karangpandan, Karanganyar. Para pentakziyah berduyun-duyun datang untuk menyalatkan. Setelah disalatkan di masjid, jenazah dimakamkan di dekat makam Ustaz Eman Badru Tamam.

Foto-foto yang beredar di jejaring sosial menunjukkan pemakaman dr. Tunjung dipadati oleh banyak orang meskipun digelar pada malam hari.

Kepergian dr Tunjung membawa duka warga khususnya para pasien dokter Tunjung. Ketika Solopos.com mengunjungi Rumah Sakit Karima Utama yang didirikan dr Tunjung, Rabu siang, pelayanan berjalan seperti biasanya. Tenaga medis dan karyawan di rumah sakit itu melayani para pasien seperti hari-hari biasanya. Ratusan orang memenuhi area pelayanan rumah sakit khusus bedah itu.

Ketika Solopos.com hendak menemui jajaran pimpinan rumah sakit,  karyawan bidang Marketing dan Informasi Rumah Sakit Karima Utama (RSKU), Umi Maulana, mengungkapkan beberapa jajaran pimpinan masih berada di Karangpandan, Karanganyar, tempat peristirahatan terakhir dr Tunjung. “Hari ini pelayanan berjalan normal. Semua dokter yang bertugas ada,” ujarnya.

Semasa hidupnya Tunjung melanjutkan perjuangan ayahnya. Dia masih menjabat sebagai pembina Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC) Prof dr Soeharso. Dia juga menjadi pendiri RS Karima Utama, dan pendiri Pondok Pesantren  (Ponpes) Isy Karima Karangpandan. Pondok pesantren tersebut telah menghasilkan ribuan huffazh atau para penghapal Alquran.

Tunjung adalah putra dari pahlawan nasional Prof. Soeharso yang juga salah satu pendiri Rumah Sakit negeri Ortopedi (RSO) Solo. Sedangkan, nama Prof. Soeharso diabadikan menjadi nama rumah sakit ortopedi milik pemerintah di Solo. Tahun 1945 Dr. Soeharso bersama kawan-kawan membentuk Cabang PMI untuk membantu pejuang-pejuang kemerdekaan.

Bukan hanya dikenal karena keahliannya di bidang kedokteran, dr. Tunjung juga dikenal dermawan. Penulis buku, Salim A. Fillah bahkan memiliki julukan sendiri untuk dr. Tunjung.

“Mohon doa tuk wafatnya Allahuyarham dr. Tunjung Soeharso Solo; rujukan murah hati para pasien patah tulang, ayah bagi ribuan penghafal Quran.” Tulisnya di akun Twitter @salimafillah, Selasa.

Dr. Tunjung memang dikenal dermawan. Warga miskin yang mengalami patah tulang saat operasi digratiskan dari biaya dokter, warga hanya membayar biaya berobat. Bahkan ada pasien yang mengaku tidak membayar sama sekali.

Dermawan

Warga Selogiri, Wonogiri, Muhammad Ruri, 75, mengungkapkan ia ke Rumah Sakit Karima Utama untuk mengantarkan istrinya, Tini, 66, memeriksakan sakitnya. Saat menjalani operasi di RSKU, 30 September silam, istrinya langsung ditangani oleh dr Tunjung. Saat itu, dr Tunjung masih sehat dan bisa melayani pasien dengan baik. “Orangnya ramah, sabar,” katanya.

Anggota DPRD Solo yang beberapa kali menjadi pasien dr Tunjung, Asih Sunjoto Putro, mengungkapkan tahun 1997 ia pernah mengalami kecelakaan hingga tangan kanannya patah di beberapa tempat. Saat itu Asih dirawat di Rumah Sakit Kustati Solo. Ketika akan menjalani operasi, ada 26 pasien yang akan dioperasi dr Tunjung dan Asih mendapatkan giliran nomor 26. Setelah dioperasi, Asih sering memeriksakan diri di rumah dr Tunjung

“Baliau sangat sabar memberikan arahan-arahan terhadap keluhan pasien. Pasien kalau kontrol di rumah beliau, tidak bayar. Padahal setiap hari jumlah pasien sekitar 50 orang,” ungkapnya.

Tahun 2001, terangnya, Asih kembali mengalami kecelakaan tunggal dan kembali menjadi pasien dr Tunjung. Pelayanan yang sama dirasakan Asih saat itu.

Menurut Asih, dr Tunjung adalah sosok yang sederhana dan sangat bersahaja. Jiwa penolong dr Tunjung menurut Asih patut diteladani. Selain itu, dr Tunjung juga seorang pemimpin keluarga yang hebat, memiliki anak-anak yang saleh.

“Mestinya pekan depan cucunya yang bernama Nadhifa, berumur 11 tahun akan melakukan wisuda hafal Alquran 30 juz. Rencananya akan mengadakan khataman di Rumah Sakit Karima Utama dan menghadirkan Syeikh Ramadhon dari Arab Saudi. Tapi Allah berkehendak lain,” jelasnya.

Fisioterapis di Rumah Sakit Kustati Solo, Bambang Soedharsono, mengungapkan dr Tunjung adalah sosok sederhana dan perhatian baik kepada pasien, staf maupun anak buahnya yang lain. Perhatian yang tulus itu menjadikan Bambang seolah memiliki hubungan dekat dengan dr Tunjung, layaknya bapak dan anaknya. “Tapi kami tahu standar kualifikasi profesional yang diminta dr Tunjung ketika kami menangani pasien itu sangat tinggi. Sering saya dipanggil khusus, mendapatkan instruksi tentang pasien tertentu,” ungkapnya.

Hal lain yang membekas di benak Bambang, yaitu rasa hormat dr Tunjung kepada siapapun. Entah itu kepada pejabat, petinggi, teman sejawat, orang biasa, semua dihormati. “Sampai kadang saya sendiri merasa pekewuh,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya