Tokoh
Senin, 26 Desember 2011 - 15:44 WIB

Dr Sutiyono SpOG (k), tergugah tingginya kasus kanker leher rahim

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Dr Sutiyono SpOG (k). (JIBI/SOLOPOS/Indah Septianing W)

Kembali terpilih sebagai Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Karanganyar untuk masa jabatan 2011-2014 mendatang, membuat pria kelahiran 12 September 1963 bernama Dr Sutiyono SpOG (k) ini ingin lebih memajukan organisasi yang menaungi profesi kedokteran tersebut. Tentunya hingga bisa lebih bermanfaatkan bagi masyarakat Karanganyar.

Advertisement

Seorang dokter tidak hanya berkutat pada pengobatan maupun peningkatan sumber daya alam (SDA) saja, namun bagaimana dokter juga memiliki fungsi sosial. Suami Diwi A Irawati ini lebih memfokuskan pada permasalahan seputar perempuan, seperti kanker rahim serta ibu hamil hingga persalinan.

Dia mengaku tergugah dengan tingginya angka kasus kanker leher rahim serta kematian ibu melahirkan di mana dalam satu jam, ada satu perempuan meninggal dunia karena kedua penyakit tersebut.

Menurut dia, kasus kematian ibu melahirkan dan kanker leher rahim mendominasi di Indonesia. Dengan kondisi inilah, sesuai dengan gelar profesinya spesialis dokter kandungan dia tergugah ingin menyelamatkan perempuan di Indonesia.

Advertisement

Berbagai kegiatan bakti sosial dengan memberikan pengobatan gratis telah dilakukannya. Bahkan gebrakan dalam memimpin IDI sampai 2014 mendatang akan dilakukan dengan meningkatkan kegiatan sosial.

”Saya selalu mengajak  para dokter untuk melakukan kegiatan sosial. Memberi pengobatan gratis” ujarnya ketika dijumpai Espos di RSUD Karanganyar akhir pekan lalu.

Selama ini, pemahaman perempuan tentang arti penting menjaga organ vital terutama di daerah pedesaan masih sangat minim. Butuh pemahaman lebih tentang penyakit tersebut.  Tidak jarang perempuan mengabaikan kesehatannya sehingga penyakit kanker leher rahim maupun kematian ibu hamil mendominasi.

Advertisement

Pihaknya pun terus berupaya menekan angka kematian dua penyakit mematikan tersebut, tentunya semakin gencar melaksanakan sosialisasi hingga blusukan dari satu desa ke desa lainnya.  Tak pernah lelah itulah yang akan terus dilakukannya untuk menyelamatkan nyawa perempuan-perempuan Indonesia.

(JIBI/SOLOPOS/ Indah Septianing W)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif