SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Ilustrasi

SEMARANG-Klaim Gubernur, Bibit Waluyo tentang surplus beras 2011 sebanyak 3,1 juta ton dipertanyakan dan diragukan Komisi B DPRD Jateng.

Promosi Skuad Sinyo Aliandoe Terbaik, Nyaris Berjumpa Maradona di Piala Dunia 1986

Anggota Komisi B DPRD Jateng, Istajib, meragukan validitas angka tersebut karena kenyataannya harga beras di pasar mengalami kenaikan dan masih melakukan impor beras.

”Angka surplus beras 3,1 juta ton ini perlu dihitung ulang validitasnya,” katanya kepada wartawan di Gedung DPRD Jateng, Jl Pahlawan, Kota Semarang, Senin (20/2/2012).

Menurut dia, data yang digunakan gubernur tentang surplus beras 3,1 juta mengacu dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008 sehingga kurang valid. Sebelumnya, lanjut Istajib, gubernur Jateng mengambil data susenas tahun 2005 ketika menyebutkan surplus beras Jateng 2009 sebesar 2,9 juta ton.

”Komisi B, beberapa waktu lalu telah mengundang BPS untuk melakukan penghitungan ulang surplus beras tersebut, karena terkendala dana belum bisa dilakukan,” ujar anggota Dewan dari PPP ini.

Dia menambahkan, meski Jateng surplus beras, tapi kebanyakan beras dijual ke luar provinsi, misalnya ke Jawa Timur (Jatim) dan DKI Jakarta. ”Jadi meski Jateng surplus beras, tetap saja kekurangan beras sehingga harus impor dari luar negeri,” katanya.

Terpisah anggota Komisi B DPRD Jateng dari PKS, Hadi Santoso, mengatakan yang perlu dipertanyakan posisi keberadaan 3,1 ton beras tersebut berada di mana. ”Sekarang 3,1 juta ton beras itu berada di mana, apakah di petani, tengkulak atau di gudang Bulog. Ini perlu dijelaskan oleh Pemprov Jateng,” tandas dia.

Pasalnya, bila beras itu sebagian besar berada di tangan para tengkulak, maka rawan terjadi permainan harga beras di pasaran, bisa mengalami kenaikan karena mereka yang menentukan harganya. Bila terjadi kenaikan harga beras di pasaran yang menikmati keuntungan para tengkulak, bukan para petani.

”Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng harus melakukan pengecekan, guna mengendalikan harga beras,” kata dia.

Sementara berdasarkan dana BPS Jateng, pada Januari 2012 terjadi kenaikan harga beras sebesar 3,95% sehingga memicu inflasi sebesar 0,42%.

Menurut Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jateng, Jam Jam Zamachsyari, harga beras medium IR 64 super/C4 I  dari semula Rp8.668 per kilogram naik menjadi Rp8.894 per kilogram. Untuk beras IR 64 I /C4 II naik dari Rp8.010 per kilogram menjadi Rp8.376 per kilogram.

Sedang harga beras C4 super di beberapa pasar di Kota Semarang, seperti di Pasar Tlogosari  telah menembus Rp9.000 per kilogram. ”Sudah beberapa hari harga beras naik menjadi Rp9.000 per kilogram,” ujar Ny Yuni warga Tlogosari. JIBI/SOLOPOS/Insetyonoto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya