SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah (Jateng), Ferry Firmawan, menilai pertumbuhan investasi di Jateng yang pesat belakangan ini bukan hanya dipengaruhi keberadaan tol Trans Jawa.

Menurut politikus Partai Demokrat itu keberadaan tol yang menghubungkan kota-kota di Pulau Jawa itu memang menjadi magnet bagi investor. Meski demikian, ada faktor lain yang juga menjadi pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya di Jateng, salah satunya harga produksi, terutama man power (tenaga kerja) yang kompetitif.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Di banding Jakarta, kawasan Jabodetabek, dan Jatim biayanya [man power] memang sudah tinggi. Itu juga mempengaruhi investor menanamkan modalnya di Jateng,” ujar Ferry saat dihubungi Semarangpos.com, Selasa (19/3/2019).

Data yang dihimpun Semarangpos.com dari berbagai sumber, upah minimum provinsi (UMP) di Jateng memang berada di bawah DKI Jakarta dan Jatim. Pada 2019, UMP Jateng berkisar Rp1.605.396, lebih rendah di banding Jakarta yang berada di angka Rp3.940.972 dan Jatim Rp1.630.058.

Selain faktor man power, Ferry menyebut tingginya investasi di Jateng juga dipengaruhi mudahnya perizinan mendirikan usaha.

“Jadi ada dua faktor yang menjadi pertimbangan investor. Selain infrastruktur, adalah perizinan yang mudah,” imbuhnya.

Kendati demikian, Ferry menilai keberadaan tol juga mendatangkan permasalahan baru di dunia usaha, terutama sektor industri kecil yang tidak dilalui tol atau tidak memiliki gerbang tol (exit toll).

“Jadi seperti dua keeping mata uang. Ada tol memang memberi peluang bagi investor berdatangan. Tapi efek lainnya, daerah yang tidak dilintasi tol atau tidak ada exit tol-nya jadi kurang berkembang,” ujar Ferry.

Ferry mencontohkan di daerah pesisir utara, seperti Kota Tegal yang tidak memiliki exit toll. Industri kecil yang dulunya laris menjadi turun omzetnya karena menjadi jarang dilewati pengguna kendaraan yang melintas dari Jakarta ke Surabaya atau sebaliknya.

“Harusnya ada kompensasi bagi mereka. Seperti diberikan tempat di rest area atau dibuatkan exit toll. Jadi, usahanya bisa berkembang. Jangan sampai adanya tol justru melahirkan pasar bebas yang tidak berpihak pada pemerataan pembangunan,” imbuh mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jateng itu.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) menyebutkan saat ini banyak calon investor yang ingin menanamkan modal di Jateng.

Ketertarikan investor itu tak terlepas dari pembangunan infrastruktur di Jateng menyusul diresmikannya tol Trans Jawa oleh Presiden Joko Widodo, Desember 2018 lalu.

“Sudah banyak yang mau masuk, di Pemalang itu ada pabrik sepatu, di Kawasan Industri Demak, Semarang, Kendal, Brebes, dan Tegal, juga banyak,” ujar Plt DPTMPSP Jateng, Didik Subiyantoro, dalam keterangan resmi.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya