SOLOPOS.COM - Antrean kendaraan mengular di SPBU Manahan Solo, Sabtu (3/9/2022) siang. Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga Pertalite dari harga awal Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, diikuti Solar subsidi dari harga awal Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter. (Solopos/Nicolaus Irawan)

Solopos.com, JAKARTAKomisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyepakati asumsi subsidi energi yang akan disalurkan kepada masyarakat untuk tahun depan. Dalam rapat kerja dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Kamis (8/9/2022), Wakil Ketua Komisi VII Bambang Haryadi mengatakan Komisi VII DPR menyetujui asumsi volume BBM bersubsidi untuk 2023 sebesar 17,5 juta kiloliter (KL).

“Volume BBM bersubsidi 17,5 juta kl yang terdiri atas minyak tanah 0,5 juta kl dan solar 17 juta kl,” ujarnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain itu, Komisi VII DPR juga menyepakati subsidi tetap untuk minyak solar senilai Rp1.000 per liter dan juga subsidi LPG 3 kilogram sebesar 8 juta metrik ton. Bambang menambahkan, pihaknya juga menyepakati asumsi subsidi listrik untuk 2023 sebesar Rp72,33 triliun.

Baca Juga BBM Subsidi Naik Harga, Ini Daftar Pihak yang Boleh Beli Solar

Ekspedisi Mudik 2024

Lebih lanjut, Komisi VII DPR juga menyepakati untuk asumsi sektor energi pada tahun depan yakni terkait dengan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) US$95 per barel. Bambang menuturkan, untuk asumsi produksi siap jual atau lifting gas bumi sebesar 1,1 juta barel setara minyak per hari, sedangkan asumsi lifting minyak bumi yang disepakati untuk tahun depan adalah sebesar 660.000 barel per hari.

“Asumsi lifting migas untuk 2023 adalah 1,76 juta BOEPD,” ujarnya.

Konsumsi solar bersubsidi hingga akhir tahun diperkirakan jebol hingga 111,34% dari total kuota yang ditetapkan pemerintah sebesar 14,5 juta kiloliter (KL) pada 2019. Berdasarkan dokumen yang diterima Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), total penyaluran solar bersubsidi hingga Oktober 2019 sebanyak 13.387.040 KL, sementara penyaluran minyak tanah atau karosene sebesar 440.870 KL dari total kuota 610.000 KL.

Baca Juga Pertalite & Solar Tak Naik, Harga BBM Non Subsidi Turun

Adapun estimasi over kuota solar batas bawah diperkirakan sebesar 963.624 KL, sementara batas atas sebesar 1.645.327 KL. Data penyaluran kurun waktu Januari – September sudah terverifikasi, sementara untuk penyaluran Oktober merupakan laporan badan usaha.

Di sisi lain, Pertamina juga telah menambah sekitar 20% suplai solar untuk memastikan pemerataan penyaluran dan melakukan percepatan distribusi untuk pelayanan ke masyarakat yang lebih optimal. VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan bahwa stok BBM dalam kondisi aman.

“Masyarakat tidak perlu khawatir, Pertamina telah menambah suplai solar untuk ketersediaan yang lebih merata,” ujarnya, dalam keterangan tertulis.

Baca Juga Harga BBM Subsidi Pertalite, Solar dan Pertamax Naik

Namun demikian, pihaknya berharap penyaluran BBM Bersubsidi tepat sasaran. Pasalnya, hingga kini BBM Bersubsidi masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang secara ekonomi tergolong mampu. Fajriyah menambahkan bagi masyarakat golongan mampu, agar menggunakan BBM non subsidi yang ketersediaannya memang lebih banyak, sehingga BBM subsidi dapat lebih dinikmati oleh penggunanya sesuai ketentuan.

Sebelumnya, dalam konferensi pers pada 17 Juli lalu, Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa mengatakan potensi jebolnya kuota solar subsidi antara 800.000 KL-1,3 juta KL.

Berita ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Tok! DPR Setujui Subsidi Solar Rp1.000 per Liter dan Listrik Rp72 Triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya