SOLOPOS.COM - Pengendara motor berputar arah setelah mengetahui BBM jenis Pertalite dan Pertamax kosong di SPBU 34-16117, Kelurahan Pasir Mulya, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (8/8/2022). Sejumlah SPBU di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor mengalami kelangkaan BBM jenis Pertalite dan Pertamax sejak tiga hari terakhir akibat belum datangnya pasokan BBM dari Pertamina. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/aww.

Solopos.com, JAKARTA — Komisi VII DPR mendesak pemerintah untuk segera merealisasikan penambahan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mengingat kuota yang tersedia saat ini kian menipis.

Anggota Komisi VII DPR Mukhtarudin mempertanyakan sikap pemerintah yang belum merealisasikan penambahan kuota BBM bersubsidi, padahal sebelumnya DPR dan pemerintah telah sepakat menambah kuota.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kalau lihat dari perkembangan dinamika hari ini dari variabel-variabel yang terjadi hari ini, kami khawatir kuota ini bisa jebol pada tahun 2022,” ujarnya dalam rapat kerja bersama Kementerian ESDM di Jakarta, Rabu (25/8/2022).

Berdasarkan laporan PT Pertamina sampai Juli 2022, BBM bersubsidi jenis Pertalite telah mencapai angka 16,8 juta kiloliter atau setara dengan 73,04 persen dari total kuota yang ditetapkan sebesar 23 juta kiloliter.

Sementara itu, BBM bersubsidi jenis Solar yang sudah tersalurkan sebanyak 9,9 juta kiloliter, padahal total kuota Solar sepanjang tahun ini adalah sebanyak 14,9 juta kiloliter.

Baca Juga: Opsi Pemerintah Soal Harga BBM: Tambah Subsidi atau Bansos

Pada 2022, pemerintah mematok subsidi energi sebesar Rp502,4 triliun untuk menutup selisih harga keekonomian bahan bakar minyak, gas, dan listrik yang disalurkan oleh Pertamina dan PT PLN kepada masyarakat

Saat ini, subsidi Pertalite hanya tersisa enam juta kiloliter dari 23 juta kiloliter subsidi yang disepakati hingga akhir 2022.

Pemerintah memperkirakan jumlah Pertalite tersebut akan habis pada Oktober 2022, sehingga perlu adanya tambahan volume BBM subsidi, termasuk subsidi untuk Solar yang volumenya terus mengalami peningkatan.

“Dulu kita sudah memutuskan menambah kuota untuk Pertalite tambah 5 juta kiloliter, sehingga total menjadi 28 juta kiloliter. Kemudian untuk Solar menjadi 17 juta kiloliter. Tapi hari ini masih di 14,9 juta kiloliter Solar dan 23 juta kiloliter untuk Pertalite,” terang Mukhtarudin.

Baca Juga: Subsidi Energi Rp502 Triliun Jebol, Begini Fakta-Fakta dari Menkeu

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pihaknya sudah mengusulkan kuota penambahan BBM bersubsidi.

Menurutnya, pemerintah sedang mengkalkulasi apakah dalam semester kedua tahun ini bisa melakukan program-program tepat sasaran, sehingga kuota tidak melebihi plafon anggaran pemerintah.

Pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan energi bagi masyarakat dan mengimbau masyarakat ekonomi atas untuk tidak membeli BBM bersubsidi.

“Kami melakukan langkah-langkah penghematan, kami mengatur segala sehingga bisa mengontrol inflasi yang melemahkan daya beli masyarakat,” ujar Arifin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya