SOLOPOS.COM - (thinkstock)

(thinkstock)

JAKARTA--Pengobatan terhadap leukimia dan kanker lymphoblastic akut pada anak-anak memang sebagian besar berhasil menyembuhkan. Sayangnya, beberapa anak kemudian mengalami penyakit jantung yang berbahaya. Ditengarai, pengobatan terhadap kanker yang pernah diterima lah yang menjadi pemicunya.

Promosi Keren! BRI Raih Enam Penghargaan di PR Indonesia Awards 2024

Dalam laporan peneltiian yang dimuat Journal of Clinical Oncology, para peneliti dari University at Buffalo berusaha mencari jawaban genetik yang mendasari mengapa beberapa korban kanker anak yang diobati dengan antibiotik yang kuat seperti Adriamycin dan daunomisin mengalami gangguan yang disebut kardiomiopati atau penyakit otot jantung di kemudian hari.

Ekspedisi Mudik 2024

“Anthracyclines adalah obat yang efektif digunakan untuk mengobati berbagai kanker anak, juga digunakan untuk mengobati kanker payudara dan kanker ganas lainnya pada orang dewasa,” kata profesor ilmu farmasi University at Buffalo, Javier G. Blanco, PhD.

“Setelah kanker, korban dapat mengalami kerusakan jantung sejak setahun hingga lebih dari 15 tahun setelah kemoterapi awal dengan anthracyclines. Pengetahuan kami dalam memisahkan efektivitas obat ini efek racunnya masih sempit. Dosisnya harus tepat untuk mencapai efek terapeutik tanpa membahayakan,” kata Blanco seperti dilansir Eurekalert.com, Selasa (20/12/2011).

Blanco menjelaskan bahwa kunci keberhasilan terapi obat bagi setiap pasien adalah dengan memahami cara individu merespon obat tersebut setelah memasuki tubuh secara genetis, dan kemudian menyesuaikan dosisnya agar lebih tepat lagi.

Bekerja sama dengan Smita Bhatia, MD, MPH, Ketua Departemen Ilmu Kependudukan di City of Hope Nasional Medical Center di California, Blanco memutuskan untuk melihat bagaimana obat itu dipecah oleh enzim yang dikode oleh gen tertentu dalam tubuh.

Penelitian yang dimulai tujuh tahun lalu ini membandingkan genotip DNA dari 170 korban anak kanker yang didiagnosa penyakit otot jantung terkait pengobatan anthracycline dengan kelompok kontrol yang terdiri dari 317 anak yang selamat dari kanker tanpa mengalami penyakit jantung. Menggunakan pendekatan gen kandidat, Blanco dan timnya mampu mengidentifikasi varian kecil gen yang terkait dengan risiko keracunan jantung.

Peneliti memusatkan perhatian pada reductases karbonil (CBR1 dan CBR3), dua enzim yang memecah anthracyclines menjadi metabolit alkohol kardiotoksik. Blanco mencatat bahwa pada model tikus, tingkat CBR yang lebih tinggi atau kerja enzim yang lebih cepat akan menentukan tingkat metabolit yang lebih tinggi dan lebih berisiko meracuni jantung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko kardiomiopati meningkat secara signifikan pada individu yang memiliki dua salinan gen CBR3 bila terkena anthracycline dosis rendah sampai sedang.

“Jika berhenti menggunakan anthracyclines kita tidak akan mampu mengobati hingga 90 persen anak-anak yang menderita leukemia limfoblastik akut. Orang tua harus terus memantau kesehatan anak-anak setelah kanker sembuh untuk mengidentifikasi masalah jantungnya,” kata Blanco.

(detik.com/tiw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya