SOLOPOS.COM - Rini Hudiono, S.Pd, M.A., saat menyampaikan materinya dalam webinar internasional Fakultas Interdisiplin UKSW.

Solopos.com, SALATIGA — Tiga dosen lintas negara hadir sebagai narasumber dalam webinar yang diselenggarakan Program Studi Destinasi Pariwisata Fakultas Interdisiplin Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), belum lama ini.

Kegiatan hasil kolaborasi UKSW Salatiga dengan Universiti Kuala Lumpur (UniKL) Malaysia dan Kirirom Institute of Technology (KIT) Kamboja ini membahas secara khusus isu pariwisata di lingkup ASEAN dengan tema “ASEAN Welcoming New Tourism Trends: Strategies during and After COVID 19 Pandemic”.

Ketua Program Studi Destinasi Pariwisata UKSW Aldi H. Lasso, Ph.D., menyebut terselenggaranya webinar internasional ini merupakan implementasi MoU yang telah terjalin baik antara UKSW dengan UniKL dan juga KIT. Disampaikannya webinar ini merupakan kegiatan kolaborasi kedua bersama KIT dan menjadi yang pertama bersama UniKL.

“Mewakili FID UKSW, hadir Rini Hudiono, M.A., dengan topik paparan Indonesian Tourism: Tourism Recovery and Adaptation due to Demand and Tourist Behavior Changes After Pandemic Covid 19. Sedangkan dari UniKL diwakili oleh Dr. Sharina Osman yang merupakan dosen senior sekaligus Head of Tourism UniKL. Hadir pula Dr. Vannsy Kuon yang saat ini menjabat sebagai Vice President for Admin and Research KIT,” imbuhnya.

Baca Juga: Berminat?, Prodi Bisnis Digital UKSW Resmi Dibuka

Aldi Lasso mengatakan webinar yang dihadiri oleh peserta dari ketiga negara ini penting dalam memberikan wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa dan peserta webinar karena menghadirkan para pakar pariwisata dari tiga negara.

Dirinya berharap mahasiswa dapat mempelajari strategi-strategi pariwisata dalam menyambut tren baru untuk kemudian dapat menerapkannya pada destinasi-destinasi pariwisata di Indonesia.

FID UKSW
Peserta webinar internasional Fakultas Interdisiplin UKSW.

Dalam paparannya, Rini Hudiono menyebut perubahan perilaku pariwisata menjadi tantangan bagi pemulihan pariwisata Indonesia. Dirinya menekankan pentingnya aspek cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan) atau CHSE serta perubahan preferensi perjalanan yang membutuhkan daya dukung wisata.

“Daya dukung wisata menjadi penting untuk memastikan kualitas wisatawan tetap terjaga termasuk jaminan keamanan, kenyamanan, kebersihan, dan kesehatan. Oleh karena itu, hal ini penting untuk diperhatikan para pemangku kepentingan pariwisata,” terang Rini yang saat ini juga menjabat sebagai kepala Biro Promosi, Humas dan Alumni UKSW tersebut.

Baca Juga: Mahasiswa Jepang Belajar Bahasa Inggris di UKSW, Ini Kesan Mereka

Menurut Dr. Vannsy Kuon, Kamboja menggunakan strategi tiga fase pemulihan pariwisata yakni melalui percepatan vaksinasi dan herd immunity, pemberian pelatihan keterampilan dan stimulus bagi industri pariwisata, hingga mengubah arah pariwisata menggunakan teknologi dan digitalisasi.

Sama halnya di Kamboja, penggunaan teknologi dan digitalisasi pariwisata menjadi strategi bagi pemulihan pariwisata Malaysia. Menurut Dr. Sharina Osman, tren yang berkembang di Malaysia saat ini antara lain pembuatan standard operating procedure (SOP) bagi kondisi new normal, inovasi teknologi, menggiatkan wisata alam dan lingkungan, hingga menciptakan personalized traveling experience berbasis tourism 4.0.

Rekomendasi
Berita Lainnya