SOLOPOS.COM - Dimas Rahardian (Espos/Adib Muttaqin Asfar)

Eka Nada Shofa (Espos/Adib Muttaqin Asfar)

Dari sekian ratus ribu warga Solo, mungkin baru sedikit yang mengetahui kampus bernama Swasta Mandiri. Tak banyak pula yang menyadari bahwa institusi pendidikan yang beralamat di Jl Tejonoto, Danukusuman ini adalah sebuah perguruan tinggi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

STIE Swasta Mandiri, begitu nama resminya. Terletak di tepi jalan kecil dan tengah-tengah kampung padat penduduk, kawasan ini memang sama sekali tidak elite bagi sebuah perguruan tinggi. Namun sebagai perguruan tinggi, namanya sudah beberapa kali muncul dalam berbagai penghargaan internasional. “Saya berkali-kali mengatakan kepada mahasiswa bahwa kampus kalian ini tidak terkenal seperti UGM atau UI. Makanya mereka harus aktif ikut kompetisi,” kata Ketua STIE Swasta Mandiri, Ibrahim Fatwa Wijaya yang akrab disapa Boim, Sabtu (31/3) siang.

Sekilas tak ada yang istimewa dari fisik kampus kecil ini. Begitu pula sang Ketua yang siang itu mengenakan kaus putih dan celana motif loreng. Low profile seperti kampus yang dipimpinnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Berdiri pada 1998 lalu, STIE ini memang terbilang masih muda. Begitu pula Boim yang usianya masih muda, bahkan mungkin yang termuda untuk ukuran seorang pimpinan perguruan tinggi. Boim yang baru 29 tahun memimpin STIE ini sejak 2006. Kepulangannya dari Inggris setelah menyelesaikan program magisternya di International Accounting and Finance University of Birmingham 2011, membawa banyak perubahan bagi kampus kecil ini.

“Begitu lulus dari Akuntansi UGM, saya langsung mengajar di sini. Karena, waktu itu saya satu-satunya lulusan UGM, saya diangkat jadi Ketua,” ungkapnya.

Sejak pulang dari Inggris, Boim terus memacu para dosen dan mahasiswanya untuk berprestasi di level nasional maupun internasional. Hal ini dinilai penting untuk mendongkrak nama kampus sekaligus para lulusannya. Di awal tahun ini saja, mereka berhasil meraih empat penghargaan penting dalam berbagai kompetisi. Di antaranya keberhasilan tim Swasta Mandiri meraih Juara II Lomba Sistem Stabilitas Keuangan BI dan Juara III lomba Basis Model Bank Syariah Mandiri.

Dimas Rahardian (Espos/Adib Muttaqin Asfar)

Menurut Ibrahim, keberhasilan itu merupakan bukti mereka tidak kalah dengan kampus-kampus besar. Meskipun bukan juara I, prestasi itu sangat langka mengingat pesaingnya adalah kampus-kampus besar dari dalam maupun luar negeri.

“Juara I lomba BI itu tim dari universitas di Tokyo dan juara III adalah tim dari IIUM Malaysia,” katanya bangga.

Boim sendiri juga ikut menyumbang prestasi dalam sebuah kompetisi. Pada Oktober 2011, artikelnya tentang penilaian kinerja BPK yang sempat diterbitkan di sebuah media cetak nasional memenangi

penghargaan Lomba Karya Ilmiah Jurnalistik BPK. Bukan hanya itu, ada puluhan penghargaan lain yang diterima para mahasiswa dan pengajar kampus ini dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai ungkapan kebanggaan, Boim memasang nama-nama mereka di sebuah ruangan sebagai hall of fame kampus ini.

Prestasi-prestasi ini memang termasuk luar biasa, terlebih untuk kampus berukuran kecil seperti Swasta Mandiri. Puluhan prestasi itu lahir dari mahasiswa yang jumlah totalnya hanya 186 orang dari empat angkatan. 41 Mahasiswa di antara mereka adalah peserta program khusus Al Es’af, sebuah program kombinasi akuntansi konvensional dan ekonomi syariah berbasis pondok.

“Program ini tidak sembarangan. Hanya mereka yang punya TOEFL di atas 400 yang bisa ikut program ini. Di sini ada Prof Bambang Setiaji (Rektor UMS) dan pengajar lulusan Al Azhar.”

Namun jangan dianggap mengajar di sana seperti mengajar di kampus elite. Boim seperti halnya beberapa pengajar lainnya, memandang kampus ini sebagai lahan aktualisasi dan amal mereka. Banyak dari pengajar yang tidak mengambil gajinya, termasuk dia. Menurutnya, kampus ini bukan untuk cari uang dan dia sudah merasa cukup dengan gajinya mengajar di D3 Akuntansi UNS.

Justru dari kariernya di UNS, Ibrahim bisa ikut mengembangkan kampus ini. Status dosen di UNS menjadi modal baginya untuk mendapat beasiswa S2 di Birmingham. Pulang ke Solo, dia membagi ilmunya di dua tempat, UNS dan STIE Swasta Mandiri.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya