SOLOPOS.COM - Dosen Universitas Malaya sekaligus seniman Rosdeen bin Suboh menjelaskan bagaimana reog berkembang di Malaysia Kamis (28/7/2022). (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Solopos.com)

Solopos.com, PONOROGO — Seniman sekaligus Dosen Universitas Malaya Rosdeen bin Suboh buka suara terkait maraknya isu pengklaiman reog atas Malaysia. Dia mengatakan selama ini warga Malaysia tidak pernah klaim reog itu milik mereka dan murni milik Ponorogo.

Saat isu klaim reog mencuat beberapa waktu lalu, Rosdeen mengatakan Perdana Menteri Malaysia memilih untuk diam dan tidak memberikan statemen apa pun terkait reog. Sebab, jika ada pernyataan dari pihak Malaysia, bakal ada yang membesar-besarkan isu tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

‘’Perdana Menteri kami tidak menyatakan apa pun dan dibiarkan saja sampai isu menghilang,’’ kata Rosdeen saat mengisi Seminar Internasional di Institut Agama Islam Sunan Giri (Insuri) Ponorogo, Kamis (28/7/2022).

Rosdeen mengatakan kemungkinan isu muncul lantaran ada orang yang sedang melihat reog itu dipentaskan di Malaysia. Orang itu tidak mengerti sejarahnya dan mengira reog sudah diklaim Malaysia.

Baca Juga: Biografi Gus Samsudin, Pemilik Padepokan Nur Dzat Sejati

Sejarah Reog di Malaysia

Sebenarnya, masuknya reog itu bersamaan dengan migrasi besar-besaran pada tahun 1900. Masuknya orang Jawa, khususnya orang Ponorogo ke Malaysia juga membawa reog ke sana. Pementasan reog itu masih dilestarikan sampai generasi ketiga.

‘’Mereka tinggal di Batu Pahat, bagian selatan Semenanjung Malaysia, Johor. Mereka adalah keturunan Ponorogo,’’ jelasnya.

Ada enam grup reog di Malaysia yang sedang ditelitinya. Grup yang paling aktif itu bernama Sri Agung. Di dalam grup itu juga ada barongan, wayang kulit, dan jathilan. Dalam sebulan mereka mementaskan sekitar enam sampai tujuh kali.

Baca Juga: Membanggakan! Atlet Pencak Silat Ponorogo Raih Emas di Kejuaraan Dunia

Rosdeen menyebut pementasan reog di Malaysia kurang lebih sama dengan Ponorogo. Yakni, sebelum pertunjukan, ada yang membaca doa untuk persembahan. Orang yang membaca itu minum air param, kunir dan asam untuk kesegaran badan.

‘’Dimulai dengan bujang ganong, penari jathilan. Barulah Kelono Sewandono bergaduh dengan singa barong. Cuma warok yang tidak tampil karena kekurangan orang,’’ terangnya dengan Bahasa Melayu.

Kurang Menarik

Menurut Rosdeen, pementasan reog di Malaysia kurang menarik lantaran tidak memiliki kemahiran seperti di Ponorogo. Sebab, tidak ada koreografer yang mengajarkan gaya reog yang benar. Selain itu, keturunan Jawa di sana kurang berminat untuk mementaskannya.

Maka, untuk melestarikan kebudayaan milik Ponorogo di Malaysia, Rosdeen sengaja ke Ponorogo untuk memurnikan hubungan baik. Dia juga meminta salah satu grup reog terbaik di Ponorogo mengajarkan perkumpulan di Malaysia.

‘’Maka proyek ini ingin mengembalikan semangat mereka agar mereka tahu asal usulnya mereka itu dari Ponorogo,’’ pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya