SOLOPOS.COM - Ilustrasi (istimewa)

Sebanyak 18 desa di Kecamatan Trucuk, Klaten, ditarget sudah membentuk BUM Desa pada akhir 2017.

Solopos.com, KLATEN — Jumlah desa yang memiliki Badan Usaha Milik (BUM) Desa di Kecamatan Trucuk, Klaten, meningkat dari tiga desa menjadi 12 desa dalam setahun terakhir.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tahun ini, keseluruhan 18 desa di Trucuk ditargetkan sudah memiliki BUM Desa. Pendamping Desa Tingkat Kecamatan Trucuk, Sri Widada, mengatakan desa didorong memiliki BUM Desa guna mengoptimalkan pemanfaatan dana desa yang dikucurkan pemerintah pusat sehingga mendorong tumbuhnya perekomian desa.

Melalui BUM Desa, aspek pemberdayaan masyarakat menuju desa mandiri semakin kuat. “Jangan sampai dana desa hanya untuk pembangunan fisik. Kalau dimulai dari sisi pemberdayaan masyarakat bisa mengangkat potensi desa. Hal itu mendorong desa cepat berkembang menjadi desa mandiri,” kata Widada, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Selasa (20/6/2017).

Unit usaha BUM Desa, lanjut Widada, disesuaikan dengan potensi masing-masing desa. Ia mencontohkan di Desa Wanglu, BUM Desa mengembangkan kios-kios desa. Pada tahun ini desa itu juga memprioritaskan membangun lapangan futsal.

“Di sana, warga kalau mau futsal jauh. Jadi nanti di desa-desa sekitar bisa mendapatkan tempat latihan yang memadai dan dekat. Tentunya juga menambah PAD [Pendapatan Asli Desa] setempat,” kata laki-laki yang juga menjabat koordinator Pendamping Desa se-Kabupaten Klaten itu.

Widada menjelaskan ada beberapa kendala yang dihadapi soal pembentukan BUM Desa, misalnya kesiapan desa satu sama lain berbeda. Selain itu, faktor sumber daya manusia (SDM) di tiap desa juga tidak sama.

“Bahkan, pada tahun-tahun awal kami mendampingi dari sisi administrasi karena banyak yang kurang tertata. Kami juga mendampingi soal penyusunan prioritas dan menyusun perencanaan yang bagus, dan lainnya. Mulai tahun ini pengawasan dana desa bakal lebih ketat.”

Pendamping desa lainnya, Yusuf Siswanto, menuturkan PAD yang diperoleh desa per tahunnya bisa jadi indikator apakah potensi wilayah desa digarap optimal atau belum. “Kalau 3-5 tahun pertumbuhan PAD signifikan berarti potensi desa sudah digarap,” kata dia, Selasa.

Yusuf berharap BUM Desa bisa mewadahi unit usaha di desa mulai dari wisata, industri kerajinan, industri olahan, potensi wilayah geografis, SDA, penyewaan, dan lainnya. Desa harus pandai-pandai mengelola itu menjadi aset desa yang terus berkembang menjadi kekayaan desa.

Terpisah, operator Sistem Keuangan Desa Planggu, Sagino, mengatakan BUM Desa Planggu dibentuk pada Januari 2017. BUM Desa mengelola unit usaha berupa lumbung simpan pinjam bagi warga desa. Lumbung yang dikelola ala koperasi itu kini memiliki setidaknya 50 anggota.

“Banyak warga yang memanfaatkan lumbung ini baik untuk simpan maupun pinjam,” kata Sagino, saat dihubungi Solopos.com, Selasa.

Ke depan, Desa Planggu berencana mendirikan penangkaran benih padi bagi petani serta menyediakan obat-obatan pertanian. Sebuah gudang telah disiapkan untuk merealisasikannya. “Kami tinggal menunggu dana desa turun sebagai modal memulai usaha itu.”

Ia berharap BUM Desa bisa berkembang lebih maju dan pesat. Manfaat BUM Desa selain bisa meningkatkan PAD juga diharapkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Planggu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya