SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<blockquote><p>Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Senin (25/6/2018). Esai ini karya Muhammad Fahmi, dosen di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta dan doktor Kajian Budaya dan Media dari Universitas Gadjah Mada. Alamat e-mail penulis adalah fahmielhalimy@gmail.com.<strong><br /></strong></p></blockquote><p><strong>Solopos.com, SOLO–</strong>Ada 171 daerah yang akan menggelar pemilihan kepala daerh pada 27 Juni 2018. Di wilayah Jawa Tengah akan dilangsungkan pemilihan gubernur-wakil gubernur di tingkat provinsi dan pemilihan bupati-wakil bupati di tujuh kabupaten.</p><p>Di wilayah Soloraya hanya kabupaten Karanganyar yang menyelenggarakan pemilihan bupati-wakil bupati. Pemilihan gubernur-wakil gubernur Jawa Timur dan Jawa Barat agak &rdquo;ramai&rdquo;, sementara di Jawa Tengah terasa &rdquo;normal-normal saja&rdquo;.</p><p>Di Jawa Timur terjadi pertarungan antara dua mantan menteri, yaitu Khofifah Indar Parawansa dan Syaifullah Yusuf (Gus Ipul). Ini adalah pertarungan kali ketiga mereka. Khofifah pernah dua kali melawan Gus Ipul yang ketika itu maju sebagai calon wakil gubernur.</p><p>Dua-duanya dimenangi oleh pasangan Pakde Karwo-Gus Ipul, meski menyisakan sengketa hingga ke Mahkamah Konstitusi. Kini Gus Ipul maju sebagai calon gubernur dan berhadapan lagi dengan Khofifah yang maju sebagai calon gubernur untuk kali ketiga.</p><p>Di Jawa Barat terasa agak ramai karena ada tokoh-tokoh populer, seperti Wali kota Bandung Ridwan Kamil, Wakil Gubernur Jawa Barat &rdquo;Jenderal Nagabonar&rdquo; Deddy Mizwar, dan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Perhatian pengamat&nbsp; tertuju pada tiga provinsi ini &nbsp;mengingat berdasarkan data resmi Komisi Pemilihan Umum separuh (48%) suara nasional dalam pemilihan umum 2019 ada&nbsp; di tiga provinsi ini.</p><p>Jika Jawa Barat dan Jawa Timur penuh dinamika, pemilihan kepala daerah di Jawa Tengah terasa &rdquo;adem-adem saja&rdquo;. Pemilihan kepala daerah Karanganyar juga relatif tenang dan nyaris tanpa gejolak.</p><p>Ini sesuai dengan budaya dan watak orang Jawa Tengah yang tenang, tidak <em>grusa-grusu</em>, <em>andhap asor,</em> dan lebih mengutamakan harmoni ketimbang konflik. Faktor kultural terlihat memengaruhi pemilihan kepala daereah di Jawa Tengah kali ini.</p><p>Sebenarnya ada potensi-potensi untuk menjadikan pemilihan kepala daerah di Jawa Tengah kali ini lebih panas, namun tampaknya jalan harmoni lebih dipilih karena dipandang lebih sesuai dengan watak dan kultur asli orang Jawa Tengah.</p><p><strong>Menakar Peluang</strong></p><p>Secara elektabilitas, dalam pemilihan gubernur-wakil gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo-Taj Yasin masih lebih tinggi dibanding Sudirman Said-Ida Fauziyah. Begitu juga dengan Juliyatmono-Rober Christianto di Karanganyar yang menggungguli Rohadi Widodo-Ida Retno Wahyuningsih.</p><p>Ada lima lembaga survei, yaitu Litbang Kompas, CSIS, Indikator, LSI, dan Charta Politika yang menggunggulkan Ganjar-Taj Yasin dengan persentase 60%-70%, bahkan lebih. Ada satu lembaga survei yaitu Indonesia Development Monitoring yang menggunggulkan Sudirman Said-Ida Fauziah dengan pesentase 47,3% untuk Sudirman-Ida dan 40,9% untuk Ganjar-Taj Yasin dengan 11% tidak memberikan jawaban pilihan.</p><p>Dalam pemilihan kepala daerah Karanganyar hasil survei internal Partai Demokrat menyatakan 72% suara untuk Juliyatmono-Rober. Survei internal Partai Kebangkitan Bangsa menunjukkan 70% suara memilih Juliyatmono-Rober. <em>Pooling</em> oleh <em>nusantarakini.com</em> menyatakan 49,7% suara memilih Rohadi-Ida dan 42,6% memilih Juliatmono-Rober. &nbsp;&nbsp;</p><p>Dari segi kuantitatif, jelas peluang Ganjar-Taj Yasin sebagai pasangan calon gubernur-wakil gubernur Jawa Tengah dan Juliyatmono-Rober sebagai pasangan calon bupati-wakil bupati Karanganyar lebih besar untuk memenangi kontestasi elektoral ketimbang Sudirman-Ida Fauziah dan Rohadi-Ida.</p><p>Dunia politik bukanlah seperti matematika yang eksak atau pasti. Sebagaimana dinyatakan Jodi Dean dalam <em>Cultural Studies and Political Theory</em>, semua hal bisa terjadi di dalam politik (<em>in</em> <em>politics anything</em> was <em>possible</em>). Siapa menyangka Donald Trump bisa mengalahkan Hillary Clinton yang begitu populer dan berpengalaman dalam politik.</p><p>Siapa menduga Hillary yang digdaya dalam survei dan <em>pooling</em> justru <em>keok </em>dari pengusaha Donald Trump yang relatif baru dalam lingkaran elite politik Amerika Serikat. Demikian pula dengan pemilihan kepala daerah di Jawa Tengah. Bisa saja Sudirman Said-Ida Fauziah dan Rohadi Widodo-Ida Retno Wahyuningsih memenangi kontestasi elektoral.</p><p>Hal ini sangat tergantung pada persepsi publik kepada mereka dan lawan mereka. Bagaimana mereka mengomunikasikan diri dan program kerja mereka menjadi penting. Jangan dilupakan tentang bagaimana mereka memperlakukan pemilih muda, pemilih zaman <em>now</em>, yang jumlah mereka sekitar 60%-70% dari jumlah penduduk Jawa Tengah.</p><p>Bagaimana mereka &rdquo;menggarap&rdquo; pemilih milenial yang cenderung apatis dan kritis ini? Dapat dikatakan kunci kemenangan justru terletak pada keberhasilan merebut simpati pemilih milenial ini.</p><p>Saat ini terlihat hampir seluruh pasangan calon kepala daerah-wakil kepala daerah belum memanfaatkan secara optimal potensi suara pemilih muda ini. Ditengarai ada potensi golongan putih cukup besar dalam pemilihan kepala daerah kali ini.</p><p><strong>Faktor Penentu</strong></p><p>Kita melihat dalam pemilihan kepala daerah kali ini faktor personalitas lebih menonjol ketimbang faktor program kerja. Orang pada umumnya lebih tahu tentang personalitas kandidat kepala daerah-wakil kepala daerah dibanding program kerja mereka.</p><p>Sebenarnya program kerja yang baiklah yang harus lebih ditonjolkan karena hal itu menyangkut janji mereka pada konstituen. Harus diakui, dalam sistem politik kita yang cair, suatu program kerja susah untuk dibedakan antara satu kandidat dengan kandidat lain dari segi basis ideologinya.</p><p>Tidak seperti di negara-negara maju di Barat, suatu program kerja disusun berdasarkan basis ideologi yang kuat. Jika kubu konservatif berkuasa, misalnya, maka bisa dipastikan program-program kerjanya akan pro pasar, menurunkan pajak, dan memangkas program-program sosial karena dianggap menjadi beban negara.</p><p>Sebaliknya, jika partai sosial demokrat/partai buruh menang maka pajak akan dinaikkan, program-program sosial ditingkatkan secara langsung oleh negara. Yang satu menganut ideologi neoliberalisme yang lain menganut sosial demokrat, sebagai alternatif dari apa yang disebut sosiolog Anthony Giddens dalam <em>The Third Way</em> sebagai &rdquo;jalan ketiga&rdquo; setelah runtuhnya komunisme. &nbsp;</p><p>Di Indonesia sulit membedakan secara ideologis program kerja satu partai politik dengan partai politik lain, satu kandidat kepala daerah dengan kandidat yang lain. Dalam budaya politik kita tak berlaku hukum &rdquo;air dan minyak tak bisa disatukan&rdquo;.</p><p>Dunia politik kita sangat cair, partai politik apa pun bisa berkoalisi. Semua diletakkan pada faktor kepentingan, bukan pada ideologi yang menjadi idealisme partai politik. Akibatnya program kerja mereka sulit untuk diingat publik. Publik nyaris tidak tahu program kerja yang ditawarkan para kandidat kepala daerah.</p><p>Pemilihan kepala daerah adalah hak konstitusional publik yang secara sah diberikan oleh undang-undang. Pemilihan umum menjadi simbol dari kedaulatan <em>demos</em> (rakyat) dalam <em>kratos </em>(suatu pemerintahan). Rakyat bukan menjadi pemerintah secara langsung, tapi mereka memiliki&nbsp; hak untuk memilih siapa yang akan memimpin negara, provinsi, dan kabupaten/kota untuk limatahun ke depan.</p><p>Jika publik tidak peduli, berarti menyia-nyiakan hak suara yang dijamin konstitusi. Kita berharap publik menggunakan hak suara tersebut dalam pemilihan kepala daerah serentak pada 27 Juni 2018.</p><p>Kita berharap masyarakat Jawa Tengah dan Karanganyar menjadi pemilih yang cerdas, tahu menggunakan hak-hak mereka, tahu memilih siapa yang sesuai dengan nurani, bukan karena <em>money politic</em> atau &rdquo;serangan fajar&rdquo; yang justru akan menjatuhkan kandidat kepala daerah di mata rakyat. <em>Istafti qalbak</em>, bertanyalah kepada nuranimu.&nbsp;</p><p><em>&nbsp;</em></p><p><em>&nbsp;</em></p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya