SOLOPOS.COM - Ilustrasi industri mebel. (Endang Muchtar/JIBI/Bisnis)

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar membawa angin segar terhadap produk ekspor DIY

Harianjogja.com, JOGJA-Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar membawa angin segar terhadap produk ekspor DIY, terutama di sektor kerajinan dan mebel. Pasalnya, diperkirakan akibat menguatnya dolar, transaksi ekspor pada dua bulan mendatang bakal naik 20%-30%.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sistem ekspor, paling tidak harus order paling tidak dua bulan. Jadi, nanti baru terasa peningkatannya [transaksi] setelah dua bulan dari kondisi pasar saat ini,” ujar Ketua DPD Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) DIY, Timbul Rahajo kepada Harianjogja.com, Kamis (8/3/2018).

Timbul mengatakan dengan menguatnya mata uang dolar rata-rata akan membuat pelaku kerajinan dan mebel ekspor merasa senang. Dia mengungkapkan rata-rata produk kerajinan yang dibuat UMKM DIY merupakan produk ekspor.

Ekspedisi Mudik 2024

“Jadi, tentunya ini kondisi yang cukup menguntungkan. Karena UMKM sebagian besar bahan baku produksinya juga bahan lokal, jadi tidak akan berdampak pada biaya produksinya,” ungkap Timbul.

Terlebih, dalam waktu dekat ini pameran bertaraf internasional di Jogja juga akan dihelat, Di mana para buyer dari berbagai negara akan datang untuk membeli berbagai produk kerajinan asal DIY dengan mata uang asing, terutama dolar.

Timbul menambahkan dalam kondisi seperti ini, para buyer biasanya beranggapan dengan menguatnya dolar, harga produk kerajinan ekspor asal Indonesia akan dinilai lebih murah. Sehingga daya beli mereka akan meningkat.

“Padahal tidak selalu demikian, namun kondisi ini justru akan menguntungkan. Apalagi saat ini produk-produk kerajinan bernilai ekspor milik DIY semakin inovatif dan kreativitasnya semakin lebih baik,” jelas Timbul.

Dampak dari penguatan dolar ini, kata Timbul, baru dapat dirasakan para eksportir atau pelaku usaha kerajinan tujuan ekspor dua bulan mendatang. Biasanya, dalam sistem ekspor buyer akan melakukan pemesanan dua bulan sebelum produk dikirimkan.

Timbul memaparkan dengan adanya perubahan harga dolar dan rupiah saat ini, akan memacu para buyer bertransaksi. Di mana saat nilai dolar bagus menurut mereka, maka mereka akan mendapat sedikit keuntungan dengan mendapatkan produk kerajinan asal DIY dengan harga yang lebih miring.

“Sedangkan kalau harga produknya sudah dalam bentuk dolar, maka penjualnya atau pelaku usaha asal DIY ini akan mendapatkan keuntungan lebih. Karena dengan harga yang sama, namun nilai transaksinya sedikit meningkat,” jelas Timbul.

Dampak penguatan dolar terhadap ekspor DIY juga turut dibenarkan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) DIY, Budi Hanoto. Pelemahan mata uang rupiah, salah satunya disebabkan oleh menguatnya perekonomian Amerika saat ini.

Budi memaparkan isu lain yang berkembang, yakni rencana Gubernur Bank Central Amerika Serikat, Goldman Sachs yang akan menaikkan suku bunga Fed Rate sebanyak empat kali, turut memacu pemain pasar di berbagai negara memburu dolar.

“Untuk DIY, dengan kondisi ini kami melihat tidak akan memberi dampak negatif terhadap perekonomian DIY. Karena dari sisi ekspor, DIY banyak ekspor produk ke Amerika,” ujar Budi.

Budi menambahkan nilai ekspor DIY ke Amerika cukup besar yakni mencapai 35% dari total nilai ekspor yang ada. Apalagi ekspor ke berbagai negara juga tak terlepas dari penggunaan mata uang dolar.

“Jadi kondisi ini sangat menguntungkan bagi produk ekspor DIY,” imbuh Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya