SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Seminggu tak bertemu konco lawas, cukup membuat Suto sedikit uring-uringan. Bagaimana tidak, biasanya hampir tiap hari Suto dan Noyo saling mengeluarkan unek-unek sehabis pulang bekerja di Angkringan Pakdhe Harjo…

Sore itu, Suto tampak galau. Teh kampul yang biasa menjadi minuman favorit belum tersentuh. Hampir satu jam dia duduk di angkringan itu dan belum seteguk pun minuman itu dicicipinya…
Matanya menerawang…
“No, dalam satu minggu ini si Noyo sempat datang ke sini ndak? Kok ndak ada kabar, ditelepon juga susah…,” kata Suto memecah kebisuannya.
“Belum mas…Biasa kan bareng sampeyan…,” kata Lik No, yang hari itu sepi pengunjung. Terlebih sejak hujan deras mengguyur Kota Jogja dalam beberapa hari terakhir. Suto mulai merapatkan gelas ke bibirnya…Asap tipis panas teh kampul tak terlihat lagi…
Tak berapa lama matanya berbinar…orang yang dicari akhirnya menampakkan batang hidungnya. Belum sempat Suto berbicara…

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

“Sorry dab…aku ada urusan di Pemalang… Mendadak… Rindu juga denger celotehanmu,” kata Noyo. Mereka bersalaman…
”No, tolong bikinkan teh kampul yang paling enak yo…jeruknya yang sudah mateng,” kata Suto. Noyo mengambil sego teri kesukaannya. Keduanya mulai makan.

“Yo…Sudah baca koran sepekan terakhir,” kata Suto.
“Belum…Ada isu menarik opo,” Noyo mengambil sego keduanya. Cepat sekali dia melahap bungkusan yang pertama.

“Nganu…soal serbuan produk China,”kata Suto.
“Ada apa dengan produk China.” Noyo sedikit mengernyit.
“Begini…Sejak pemberlakuan perdagangan bebas ASEAN China Free Trade Area (ACFTA), barang-barang dari China yang sebelumnya malu-malu masuk, sekarang bakal membanjir. Termasuk mainan anak dan berbagai produk lainnya,” Suto menjelaskan.

“Lho, bukannya bagus begitu… Masyarakat bisa dapat barang murah,” kata Noyo.
“Bukan begitu, kekhawatirannya adalah, kalau ini terus terjadi, ada ancaman kasus PHK oleh perusahaan yang memproduksi barang sejenis dari China,” keluh Suto.
“Ooo..Ini rupanya kegalauan Suto yang dalam sepekan ini terus mencari Noyo,” batin Lik No yang sedari tadi mendengarkan percakapan kedua konco lawas itu.
“Betul juga To…Sebenarnya dengan adanya pembebasan ini, serbuan mainan China bukan sekadar membanjiri Indonesia hingga Jogja. Ada hal lain yang harus diperhatikan lagi…,” Noyo berusaha menjelaskan persoalannya. Dia mulai berpikir, kembali mengingat sejumlah pemberitaan yang pernah dibacanya.

“To, pemerintah memang harus bekerja ekstra keras. Bukan saja untuk melindungi perusahaan yang ada di sini tapi juga pengawasan terhadap barang-barang yang masuk ke Republik ini,” katanya.
“Iya Yo, soal pengamanan industri di Jogja, Pemrov sudah mulai membentuk tim khusus.”
“Kita berharap itu jangan sekadar tim khusus, tapi sampai ke tindak lanjut bagaimana menjaga industri kreatif di Jogja ini tetap berkembang dan bertahan.”
“Apalagi seperti yang dilakukan Pemkab Bantul yang menyiapkan dukungan,” urai Suto.
“Semoga ya To, pemerintah merealisasikan rencana itu. Dengan dukungan tersebut, industri kreatif kian maju dan berkembang hingga pada akhirnya dapat bersaing dengan produk-produk China itu,” papar Noyo.

Noyo mengatakan, yang paling harus di waspadai pemerintah saat ini adalah lebih jauh bagaimana mengawasi produk mainan China itu, terutama untuk mainan yang dinilai berbahaya. Warga diharapkan juga tidak asal membeli produk mainan asal negara itu. Mereka agar lebih berhati-hati dalam memilih. Melihat dulu bahan dan cat mainan tersebut. Seperti yang pernah menghangat dalam beberapa tahun terakhir. Banyak mainan dari China itu menggunakan cat yang mengandung logam berat berbahaya dan beracun.

“Bila mainan ini dikulum anak-anak, diusap-usap, cat bisa masuk ke tubuh anak konon katanya bisa menyebabkan berbagai penyakit,” papar Noyo. Seperti yang pernah dilansir
detikcom, pada 2007 hampir 80% mainan dari China mengandung racun dan timbal seperti yang ditemukan oleh Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisonal Indonesia (APMETI).

“Semoga ya Yo, rencana Biennale Anak Jogja yang kini berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta nantinya tidak terpengaruh ACFTA.”

“Anak-anak di Jogja ini bisa makin mencintai dolanan lokal, sehingga kelestarian mainan asli nusantara ini tetap lestari dan tidak serta merta berganti dengan produk Negeri Tirai Bambu itu.”

“Betul. Acaranya semoga ke depannya tidak bertajuk dolanan anak made in China…,” tambah Suto. (adn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya