Sudah seminggu, Mas Behi kedatangan mertuanya dari Pulau Seberang. Mertuanya tak begitu paham dengan bahasa Jawa. Tapi Mertuanya senang jalan-jalan. Kemanapun pergi, dia tidak pernah bingung. Dia selalu menggunakan bahasa Indonesia. Ketika ada yang menggunakan bahasa Jawa Halus. Tak segan-segan dia bertanya, “bahasa Indonesianya apa?”.
Sehingga selama seminggu di Gamping sudah punya banyak perbendaharaan kata-kata bahasa Jawa.
Suatu sore Mas Behi dan Den Baguse duduk di teras rumah. Mertua Mas Behi bertanya kepada Den Baguse. “Besok kalo Opung [kakek] balik ke sini lagi mau dibawain oleh-oleh apa?”
Den Baguse enggak mau jawab, karena masih asyik main game di ponselnya.
Den Baguse enggak mau jawab, karena masih asyik main game di ponselnya.
Sekali lagi Mertua Mas Behi bertanya; “mau enggak kalo dibawain Dodol Garut?”
Den Baguse tetap enggak mau jawab.
“Hah, dodol sapi? Rasanya kaya apa?” tanya Mertua Mas Behi.
“Ha.. ha.. ha..” Mas Behi dan keluarga lainnya jadi tertawa geli.
“Dodol sapi itu bukan jenis makanan Pung. Dodol Sapi, itu artinya jual sapi,” kata Mas behi menjelaskan.
“Oh, kirain semacam dodol Garut. Baru ngerti…..” belum selesai bicara, tiba-tiba Taksi yang dipesan untuk mengantar ke Stasiun Tugu sudah datang.
Eko Gendroyanto
Balecatur, Gamping.