SOLOPOS.COM - Dodok Sartono (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

Dodok Sartono (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

Sebagian besar aktivis organisasi pemuda, pasti mengenal sosok Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sragen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan hasil musyawarah kabupaten (Muskab) beberapa waktu lalu, pria yang dikenal Dodok Sartono menang tipis dengan lawannya.

Sepak terjangnya di dunia pergerakan pemuda tidak diragukan lagi karena laki-laki ini aktif di dunia organisasi sejak masih duduk di bangku SMEA N 1 Sragen.

Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini menjadi pengurus Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) sejak tahun 1995-1998.

Dia beralih ke Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) 1997-1999. Setelah lulus pun dia masih berkecimpung di organisasi pemuda, yakni sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Sragen 2001-2004. Hingga kini, semangat pemudanya masih menggelora dengan mengemban amanah baru sebagai Ketua KNPI Sragen 2011-2014.

Dodok pernah menjabat sebagai Sekretaris Forum Komunikasi Organisasi Kepemudaan Sragen (Forkos) saat ada gonjang-ganjing kepengurusan KNPI di Sragen.

Selain itu dia juga aktif di Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (Lazimu) Kabupaten Sragen dan di Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Sragen. Di luar aktivis organisasi, bapak dari empat anak ini juga menggeluti berbagai bisnis untuk mencukupi keluarganya, seperti rumah makan, properti dan bisnis lainnya.

“Motivasi awal di KNPI, saya hanya ingin berbuat sesuatu untuk generasi muda karena gerakan pemuda mulai redup di semua lini. Saya ingin menggairahkan gerakan pemuda agar bangkit sesuai dengan visi dan misi KNPI. Gerakannya bisa berupa pelatihan enterpreneurship dan pengembangan bakat pemuda serta caracter building,” ujar Dodok saat dijumpai Espos, Kamis (24/11/2011) lalu.

Bagi suami Dyah Nur Laili Fathonah, tantangan pemuda ke depan semakin sulit karena banyak pemuda berpikir pragmatis, bukan idealis. Pendekatan berpikir idealis inilah yang ingin ditanamkan bagi semua pemuda di Sragen.

Untuk mewujudkan obsesinya, bapak dari Azam Diyaulhaq Madani, tidak bisa bekerja sendiri. Dia memilih berbagi peran dan otoritas dalam memimpin organisasi. Namun ketika bergelut dalam bisnis, dia memilih untuk berbagi rezeki.

“Tidak ada istilah sulit membagi waktu selama kita bisa berbagi peran dan berbagi rezeki dalam organisasi dan bisnis. Saya selalu memfokuskan waktu untuk keluarga setelah bakda magrib. Pada siang hari, ya untuk organisasi dan untuk mencari nafkah keluarga,” tambahnya.

Tak ada cita-cita muluk pada diri Dodok. Dia hanya mengikuti takdir Tuhan seperti air mengalir dan pasti akan sampai di hilir. Prinsip dia, peluang itu hanya datang satu kali, maka jangan ditinggalkan.

(Tri Rahayu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya