SOLOPOS.COM - Sekretaris Bank Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sragen, Sunarmo menunjukkan tempat penjualan sampah dari karyawan DLH Sragen, Kamis (29/9/2022).(Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SRAGEN — Ubah sampah jadi rupiah adalah salah satu upaya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sragen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai ekonomi dari  sampah. Program tersebut diwujudkan dalam tabungan sampah. Dari uang tabungan itu masyarakat bisa bayar retribusi kebersihan tiap bulan.

Tabungan tersebut diperoleh dari hasil penjualan sampah pada Bank Sampah di DLH Sragen. Nasabah dari bank sampah tersebut akan mendapatkan buku tabungan. DLH bekerja sama dengan Bank Syariah Mandiri dalam penyimpanan uangnya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kepala DLH Sragen, Tedi Rosanto, mengatakan selain meningkatkan kesadaran masyarakat soal nilai ekonomi sampah, program ini juga untuk membiasakan mereka memilah sampah.

“Saat ini masih terbatas pada karyawan DLH, namun harapannya bisa diikuti oleh pengelola bank sampah dalam lingkup kecil di desa-desa,” terang Tedi saat ditemui Solopos.com di kantornya Kamis (29/9/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Setiap Jumat, para karyawan DLH Sragen membawa sampah yang bisa dijual. Mulai dari botol plastik, kertas, dan lainnya. Kemudian hasil penjualan sampah tersebut tidak langsung diberikan, namun ditabung  hingga tercapai nominal yang cukup besar.

Baca Juga: KT Dusun Derman Karangmojo Karanganyar Rintis Bank Sampah untuk Biayai Kegiatan

“Kadang pikiran orang itu ketika jual sampah hanya dapat Rp2.500/kg, jadi merasa sia-sia. Tapi kalau ditabung terlebih dahulu, pelan-pelan nominalnya bertambah, dan nasabah dari bank sampah tersebut bisa mengambil sesuai kebutuhan. Saat ini terdapat sekitar 250 bank sampah di seluruh Kabupaten Sragen dan akan terus bertambah,” tambah Tedi.

Sekretaris Bank Sampah DLH Sragen, Sunarmo, mengatakan hasil penjualan sampah sebanyak 80%-nya diberikan kepada nasabah. Sisanya digunakan untuk operasional, misalnya membeli karung dan timbangan digital.

Belum Menjangkau Semua Karyawan

Harga sampah pun bermacam-macam. Misal, botol plastik dihargai Rp2.500/kg dan kertas HVS dihargai Rp3.000/kg.

“Total nasabah di Bank Sampah DLH Sragen ada 70 orang, sementara total karyawan ada 205 orang. Tidak semua karyawan menjadi nasabah karena karyawan tersebut tidak semua bekerja di Kantor DLH Sragen, banyak yang di Gemolong,” terang Sunarmo.

Baca Juga: Warga Sukoharjo Bikin BBM dari Sampah Plastik, Yuk Intip Proses Pengolahannya

Ketika sudah terkumpul, kemudian dijual ke pengepul sampah, dalam sekali menjual rata-rata memperoleh hasil sebesar Rp700.000. Namun ia tidak bisa menyebutkan detail berat yang berhasil dijual, karena berbeda jenis maka harganya pun berbeda.

Konsep berbeda ini pun harapannya bisa diserap oleh bank sampah lain, karena sebagian besar ketika menjual sampah ke bank sampah dalam lingkup desa, dibayarkan secara tunai.

Sunarmo menambahkan harapannya konsep tabungan ini bisa disosialisasikan oleh nasabah bank sampah tersebut ke warga sekitar.

“Selain itu saat ini mulai dikembangkan membayar retribusi menggunakan sampah senilai Rp Rp3.000,” ujar Sunarmo.

Namun ia mengatakan saat ini belum ada yang membayarkan retribusi dengan menggunakan sampah, karena menggunakan uang tunai dirasa lebih praktis.

Baca Juga: Peduli Kebersihan, DLH Boyolali Gelar Aksi Tukar Sampah dengan Tanaman

Padahal hal tersebut bisa menjadi salah satu langkah untuk membiasakan memilah sampah pada lingkup terkecil, yaitu keluarga.

Pelayanan bayar retribusi dengan sampah dibuka tiap Jumat pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB di Kantor DLH Sragen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya